Kamis, 23 September 2010

Menampilkan entri terbaru dengan label Psikodiagnostik. Tampilkan entri lawas
Menampilkan entri terbaru dengan label Psikodiagnostik. Tampilkan entri lawas
Sabtu, 20 Maret 2010
FAKTOR-FAKTOR GENETIK YANG MEMPENGARUHI INTELIGENSI
A. Heritability (Hereditas)
Secara biologis, individu berkembang dari dua sel benih yaitu sel telur (ovum) yang ada pada ibu dan sel sperma yang berasal dari ayah dan akan membuahi sel telur. Sperma dan sel telur masing-masing berisi 23 kromosom, yaitu struktur yang berisi factor-faktor herediter. Di dalam setiap kromosom terdapat struktur yang lebih kecil lagi yang disebut gen. gen inilah yang sesungguhnya menjadi penentu sifat-sifat unik yang akan diturunkan termasuk inteligensi.
Penelitian membuktikan bahwa korelasi nilai tes IQ dari satu keluarga sekitar 0,50. Sedangkan di antara 2 anak kembar, korelasi nilai tes IQnya sangat tinggi, sekitar 0,90. Bukti lainnya adalah pada anak yang diadopsi. IQ mereka berkorelasi sekitar 0,40 - 0,50 dengan ayah dan ibu yang sebenarnya, dan hanya 0,10 - 0,20 dengan ayah dan ibu angkatnya. Selanjutnya bukti pada anak kembar yang dibesarkan secara terpisah, IQ mereka tetap berkorelasi sangat tinggi, walaupun mungkin mereka tidak pernah saling kenal.

B. Brain(Otak)
Penelitian dengan teknik neuroimaging membuktikan bahwa volume otak berkorelasi dengan IQ. Bukti ini didapat dengan mengukur ukuran helm tentara AS yang sedang mengikuti training dan dibandingkan dengan IQ-nya. Walaupun demikian korelasi tersebut cukup kecil.
Manusia memiliki otak yang struktur dan fungsinya merupakan cetak biru (blueprint) genetik. Di dalam cetak biru genetik inilah dikodekan juga kemampuan sel-sel otak tersebut untuk melakukan penggabungan bersama dalam membentuk ikatan antar sel dan rangkaian fase di dalam keadaan tertentu. Dengan demikian, kita memiliki kemampuan membentuk ikatan antar sel sejak dilahirkan.
Jadi seorang secara genetis telah lahir dengan suatu organisme yang disebut inteligensi yang bersumber dari otaknya. Struktur otak telah ditentukan secara genetis, namun berfungsinya otak tersebut menjadi kemampuan umum yang disebut inteligensi (Semiawan, C, 1997). Pada kala bayi lahir ia telah dimodali 100 - 200 milyar sel otak dan siap memproseskan beberapa trilyun informasi. Cara pengelolaan inteligensi sangat mempengaruhi kualitas manusianya, tetapi sayang perlakuan lingkungan dalam caranya tidak selalu menguntungkan perkembangan inteligensi yang berpangaruh terhadap kepribadian dan kualitas kehidupan manusia. Ternyata dari berbagai penelitian bahwa pada umumnya hanya kurang lebih 5% neuron otak berfungsi penuh (Clark, 1986).
Sebagaimana penjelasan di atas, maka cara penggunaan sistem kompleks dari proses pengelolaan otak ini sebenarnya sangat menentukan inteligensi maupun kepribadian dan kualitas kehidupan yang dialami seorang manusia, serta kualitas manusia itu sendiri. Untuk meningkatkan kecerdasan anak maka produksi sel neuroglial, yaitu sel khusus yang mengelilingi sel neuron yang merupakan unit dasar otak, dapat ditingkatkan melalui berbagai stimulus yang menambah aktivitas antara sel neuron (synaptic activity), dan memungkinkan akselerasi proses berfikir(Thompsn, Berger, dan Berry, 1980 dalam Clark, 1986). Dengan demikian inteligensi manusia dapat ditingkatkan, meskipun dalam batas-batas tipe inteligensinya.
Secara biokimia neuron-neuron tersebut menjadi lebih kaya dengan memungkinkan berkembangnya pola pikir kompleks. Juga banyak digunakan berkembangnya aktivitas "Prefrontal cortex" otak, sehingga terjadi perencanaan masa depan, berfikir berdasarkan pemahaman dan pengalaman intuitif, Prefrontal cortex yang terutama tumbuh pada ketika anak berumur duabelas sampai enambelas tahun mencakup juga kemampuan melihat perubahan pola ekstrapolasi kecendrungan hari ini ke masa depan; regulasi diri serta strategi "biofeedback" dan meditasi; berfikir sistem analisis;yang merupakan aspek-aspek bentuk tertinggi kreativitas serta memiliki kepekaan sosial, emosional maupun rasional (Goodman, 1978, dalam Clark, 1986). Sifat-sifat manusia ini banyak terkait dengan sifat-sifat inisiatif dan dorongan mencapai kemandirian dan keunggulan.
Otak dewasa manusia tidak lebih dari 1,5 kg, namun otak tersebut adalah pusat berfikir, perilaku serta emosi manusia mencerminkan seluruh dirinya (selfhood), kebudayaan, kejiwaan serta bahasa dan ingatannya. Descartes pusat kesadaran orang, ibarat saisnya, sedangkan badan manusia adalah kudanya. Meskipun kemudian ternyata, bahwa perilaku manusia juga dipengaruhi oleh ketidaksadarannya (freud dalam Zohar, 2000:39), kesadaran manusia yang oleh Freud disebut rasionya merupakan kemampuan umum yang mengontrol seluruh perilaku manusia. Berbagai penelitian kemudian membuktikan bahwa kemampuan rasional tersebut biasa diukur dengan IQ (Intelligence Quetient). Meskipun kini terbukti bahwa orang memiliki lebih dari satu inteligensi menurut teori Gardner ada 8 (teori Multiple Intelligence), ukuran yang disebut IQ mengukur kemampuan umum yang bersifat tunggal masih sering dipakai untuk menandai kemampuan intelektual dan prestasi belajar. Ternyata bahwa otak tersebut masih menyimpan berbagai kemungkinan lain.
"Celebral Cortex" otak dibagi dalam dua belahan otak yang disambung oleh segumpal serabut yang disebut "corpus callosum". Belahan otak kanan menguasai belahan kiri badan, sedangkan belahan otak kiri menguasai belahan kanan badan. Respons, tugas dan fungsi belahan kiri dan kanan berbeda dalam menghayati berbagai pengalaman belajar, sebagaimana seorang mengalami realitas secara berbeda-beda dan unik. Belahan otak kiri terutama berfungsi untuk merespons terhadap hal yang sifatnya linier, logis, teratur, sedangkan yang kanan untuk mengembangkan kreativitasnya, mengamati keseluruhan secara holistik dan mengembangkan imaginasinya. Dengan demikian ada dua kemungkinan cara berfikir, yaitu cara berfikir logis, linier yang menuntut satu jawaban yang benar dan berfikir imaginatif multidimensional yang memungkinkan lebih dari satu jawaban.


DAFTAR PUSTAKA

Azwar, Saifuddin. Pengantar Psikologi Inteligensi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002

TES BAKAT
 Inteligensi selalu berperan dalam kehidupan
Istilah inteligensi
 Vernon : 1973
1. Bawaan: kapasitas bawaan yang diterima dari orang tuanya melalui gen yang nantinya mempengaruhi perkembangan mental individu.
2. Pandai: dilihat dari apa yang nampak (penalaran, pemahaman, dan efisien dalam aktivitas mental)
3. Umur mental: kemampuan yang diukur melalui tes inteligensi.
 Donald Olding Hebb
“Tipe A dan tipe B : Genotip inteligen & fenotip inteligensi”
 Tipe A (genotip inteligensi): merupakan bawaan termasuk berhubungan dengan fisik. Misal: otak dan susunan saraf.
 Tipe B (fenotip inteligensi) : unsur yang nampak → perilaku
 Raymond B. Catell
 Fluid intelligence: inteligensi mengalir
 Crystallized intelligence: inteligensi mengkristal
Kemampuan umum / factor “g” sebenarnya terdiri dari komponen:
• General fluid: adalah pengaruh-pengaruh biologis terhadap perkembangan intelektual
• General crystallized: adalah interaksi kemampuan bawaan dengan kebudayaan, pendidikan, dan pengalaman.
Menurut Ctell Gf dan Gc dapat diukur dengan tes inteligensi khusus sedang konsep Hebb tipe A hamper dipastikan tidak dapat diukur, sedang tipe B dapat diukur.
Konsep bakat muncul karena:
 Ketidakpuasan terhadap tes inteligensi (karena IQ = skor tunggal) hanya memiliki variasi internal
 Tes inteligensi tidak membarikan rekomendasi tentang analisis kemampuan secara diferensial. Oleh karena itu para ahli melakukan analisis diferensial
 Dalam bidang klinis, para psikolog melakukan interkomparasi (membandingkan) berbagai sub tes inteligensi. Hal ini sangat berguna untuk memberikan rekomendasi lebih lengkap tentang kondisi klien → mensejahterahkan klien.
Definisi Bakat
 Bingham (Bennet, 52): “Bakat adalah kondisi atau rangkaian karakteristik yang dipandang sebagai gejala kemampuan individu untuk memperoleh kemampuan, keterampilan atau serangkaian respon melalui latihan”
 Ki Hajar Dewantara: “Dasar-ajar” (hereditas & latihan)
 Para ahli menggunakan analisis factor terbukti bahwa tes inteligensi mengukur kemampuan jamak / multiple factor.
 Pelopor analisis factor / general ability:
Spearman: (Teori 2 faktor) menerangkan bahwa setiap aktivitas mental ditunjukkan oleh factor spesifik (s) yang berbeda. Semua factor yang spesifik akan bersama-sama membentuk single common factor / “g” factor. Dengan demikian setiap perilaku manusia akan memiliki factor “s” yang berbeda dan “g” yang sama.
Thurstone: (Primary Mental Ability)
Ada beberapa factor primer dalam inteligensi, yaitu:
V. Verbal Comprehension: (kemampuan verbal) atau faktor verbal adalah merupakan kemampuan menggunakan bahasa
W. Word Fluency: (kefasihan kata-kata), yaitu faktor kelancaran menggunakan kata, dan factor ini secara umum dianggap suatu indicator mudah tidaknya seseorang mengubah rasionya dan mengalihkan rasionya sesuai kebutuhan.
N. Number Facility: atau faktor bilangan, yaitu kemampuan untuk bekerja dengan bilangan (kecakapan hitung menghitung)
S. Spatial Relation: (relasi ruang), adalah merupakan kemampuan untuk mengadakan orientasi dalam ruang (baik dua atau tiga dimensi)
M. Memory: atau factor ingatan, yaitu merupakan kemampuan untuk mengingat
P. Perceptual Speed: atau kecepatan persepsi yaitu factor persepsi merupakan suatu kemampuan untuk mengamati dengan cermat dan tepat.
I. Induction: factor Induksi, yaitu kemampuan untuk berpikir yang logis.
R. Reasoning: kemampuan meengambil simpulan dari beberapa contoh, aturan, atau prinsip, yang dapat juga diartikan sebagai kemampuan memecahkan masalah baik secara deduktif maupun induktif

Guilford: (Teori Struktur Intelek)
Dalam teorinya Guilford mengklasifikasikan inteligensi menjadi tiga dimensi, yaitu dimensi operasi, isi, dan produk. Masing-masing dimensi terdiri dari kecakapan intelek. Dimensi yang dimaksud diantaranya:
1. Operasi (proses atau tindakan) yang dilakukan, yaitu:
a. Kognitif
b. Memori
c. Berpikir divergen / searah
d. Berpikir konvergen / kreatif
e. evaluasi
2. Dimensi Isi (materi atau isi kegiatan intelektual)
a. Figural
b. Simbolik
c. Semantic (kata-kata)
d. Behavioral meliputi pula sikap dan kebutuhan
3. Dimensi Produk (semacam produk/hasil dari penerapan tindakan-tindakan tertentu pada suatu jenis materi tertentu), yaitu:
a. Unit (satuan)
b. Kelas
c. Hubungan
d. Sistem
e. Transformasi
f. Implikasi
Berdasarkan teori 3 dimensi setiap manusia memiliki 120 kemampuan.
 Dimensi bakat menurut Guilford meliputi: persepsi (mengukur kepekaan masing-masing indera yang berhubungan dengan perhatian), psikomorik, dan intelektual
 Funsi persepsi yang kompleks: bentuk, pola, hubungan berbagai bentuk, semuanya termasuk dimensi intelek.
 Psikomotorik yang diukur: kekuatan, kecepatan, permulaan, ketepatan, koordinasi, dan fleksibilitas gerakan
 Intelek meliputi: ingatan dan berpikir (kognitif, produk, evaluasi)
 Factor evaluasi: kemampuan melakukan testing informasi dan membuat kesimpulan yang tepat, dapat diterima, baik dan cermat. Meliputi keputusan tentang identitas, relasi, konsistensi dan tujuan yang memuaskan.
Teori Vernon: (Teori Hirarki)
 Teori hirarki yang tertinggi adalah “g” factor
 Yang dibawahnya ada 2 faktor yaitu kelompok factor verbal-education (Ved) yang disebut pula kemampuan akademik, kemampuan spatial, practical, perceptual (K:M / Klerikal Mekanik)
Kemampuan akademik meliputi: verbal, numerical, reasoning
Sedangkan kemampuan praktis meliputi: spasial, mekanik, psikomotorik, fisik, dan persepsi.
 Hirarki selanjutnya adalah factor spesifik.
Berdasarkan teori multifactor disusunlah bateray yang memberikan rekomendasi analisis diferensial.

Pengantar Psikodiagnostik
Chaplin: Diagnosa is determinication of the nature of an abnormality or diaseases. (menentukan keadaan jiwa sekarang).
Diagnosa is classification of an individual on the basic of a diaseases or abnormality. (pengelompokan individu yang mempunyai dasar penyakit atau ketidaknormalan)
Diagnosa: suatu ilmu pengetahuan untuk mengetahui, untuk mengenal hal-hal yang berhubungan dengan kejiwaan seseorang.
Prognosa: pengontrolan setelah dilakukan diagnosa, memprediksi, memberikan ramalan untuk masa yang akan datang.
- Interview: untuk menentukan kecenderungan2 perilaku saat itu.
- Tes :diadakan dengan tujuan untuk mendiagnosis berbagai macam kemungkinan melalui tes2 yang sesuai sehingga akan mendapat data/informasi mengenai potensi/gangguan client.
Herman Rorschach:
Orang pertama mengenalkan psikodiagnostik untuk memenuhi kebutuhan klinis yang bertitik tolak pada kepentingan abnormalitas melalui ink blot test.
Diagnosis “arti sempit”:
Suatu metode untuk menentukan gangguan2 psikis pada individu dengan maksud untuk memberikan treatmen (perlakuan) yang tepat sesuai gangguan yang dialami.
Administrasi: suatu kerjasama yang dilakukan oleh 2 orang atau lebih dalam mencapai suatu tujuan tertentu.

Kegunaan Psikodiagnostik:
- klinis: untuk memeriksa, meneliti potensi pada klien (fokusnya pada usaha mendeteksi gangguan psikis). Di rumah sakit & pusat2 kesehatan mental.
- legal setting (hukum): membantu proses peradilan agar supaya permasalahan psikologis yang dialami klien bisa menjadi pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Di peradilan, LP, tempat2 rehabilitasi.
- educational, vocational selection: pemilihan jurusan, rekruitmen, pemilihan pekerjaan.
- Research setting (penelitian): merupakan pengembangan termasuk up date alat2 penelitian. Di Perguruan Tinggi.

Tujuan Psikodiagnostik:
1. Memperoleh informasi yang sebanyak-banyaknya; dalam aspek perkembangan intelektual, kepribadian, sosial, emosi. Dapat memahami kebutuhan individu secara optimal.
2. Mengetahui kelemahan2, keunggulan2, agar kehidupannya dapat dimaksimalkan.
3. Pemahaman terhadap individu merupakan sarana yang baik bagi keluarga untuk memberikan perlakuan yang tepat.
4. untuk penempatan pendidikan dan pekerjaan secara tepat.
5. Untuk kepentingan bimbingan konseling.
6. Sebagai bahan proses terapi bila dibutuhkan.

Kedudukan psikodiagnostik pada psikologi:
a. Psikologi differensial: membicarakan faktor2 yang menyebabkan adanya perbedaan individu dalam kelompoknya. (umur, lingkungan, pembawaan).
b. Psikologi perkembangan: membicarakan rentang kehidupan manusia. (tes inteligensi).
c. Psikologi industri: membantu dalam dalam rekruitmen, seleksi, placement.
d. Penggunaan statistik: psikodiagnostik tidak berarti apa2 tanpa statistik.

PSIKODINAMIKA: (kumpulan anlalisis dari diagnosa).
- Pemahaman mengenai dinamika kepribadian individu sangat diperlukan untuk menyusun sistematika dari hasil diagnostik yang telah dilakukan.
- Kuat lemahnya ego yang dimiliki individu:→grafis
- Kemampuan menyesuaikan diri dalam masyarakat. (BAUM, DAM, HTP)
Proses dalam psikodiagnostik:
1. Proses Informal: tanpa ada proses prosedural, tidak obyektif karena hanya mengandalkan impresi (pesan) sesaat, dan intuisi.
Jenis kesalahan:
1) Penilai:
- desas-desus: menilai melalui omongan orang lain.
- Hello efek: kesan muncul pada saat sikap yang tampak pada orang yang akan dinilai. (senyum/cemberut, dll).
- Stereotype: berhubungan dengan unsure SARA →prasangka.
- Ingin memberikan kesan sikap lunak dan penuh toleransi: akibatnya ketepatan penilaian menjadi berkurang.
- Mood (suasana hati): suasana gembira / sedih menyebabkan ketidak tepatan oleh penilai.
- Proyeksi: proses penilaian ini dilator belakangi oleh pengalaman sebelumnya.
2) Yang dinilai:
- karakteristik kepribadian orang pendiam: penuh topeng, manipulatif
- kecenderungan menampilkan kesan yang sebaik-baiknya, sikap pura-pura
3) Situasi lingkungan:
- masalah waktu pelaksanaan yang tidak tepat
- tempat pelaksanaan
- fasilitas yang tersedia (alat tes)
- polusi (suasana bisisng, udara berdebu)
2. Proses Formal: adalah segala kegiatan yang sistematis dan terarah dalam proses assessment (pengumpulan data) dengan kendali yang cukup ketat atas situasi assesmentnya sehingga diperoleh data yang obyektif.
A. Pendekatan klinis: penggaliannya melalui wawancara yang terstruktur, interview yang mendalam, observasi secara langsung, dokumen pribadi. Perlu juga diberikan tes proyektif berupa gambar. → untuk landasan program terapi.
B. Pendekatan obyektif: penggalian potensi individu menggunakan alat-alat pemeriksaan.
Metode dan Teknik Psikodiagnostik:
Dalam melakukan suatu diagnosa psikologis ada beberapa urutan kerja yang harus diperhatikan:
1. Mengumpulkan dan mendapatkan data
2. Menganalisis data.
3. Mengambil kesimpulan, meliputi deskripsi subjek beserta diagnosa dan prognosa.
Garis Besar Penggunaan Psikodiagnostik:
a. Observasi: (partisipan/non)
b. Pengumpulan bahan2 permainan (barang pribadi, puisi, gambar)
c. Riwayat hidup:
- auto anamnesa : dari dalam diri individu
- allo anamnesa : dari luar diri sendiri
d. Angket / kuesioner
e. Wawancara
f. Test

Informasi Tes:
A. Raven Progressive Matrices / RPM (J.C.Raven;1936 digunakan dalam lingkungan angkatan bersenjata Inggris PD II). Tes ini sebagian besarr mengukur general factor, sedangkan sebagian kecil mengukur ‘spatial aptitude’, ‘inductive reasoning’, dan ‘perceptual accuracy’.
1) Standarrd Progressive Matrices ; terdiri dari 60 soal yang dikelompokkan dalam lima seri,A,B,C,D,E. digunakan untuk orang normal usia 6-65 tahun.
Aspek yang diukur: mengukur kecerdasan orang dewasa, yang paling banyak diungkap adalah “G” factor.
Tujuan: untuk mengukur dan menggolongkan tingkat kecerdasan umum subyek.
2) Coloured Progressive Matrices ; terdiri dari 36 soal yang dikelompokkan dalam tiga seri, A, Ab, B. digunakan untuk anak usia 5-11 tahun, anak yang mengalami hambatan mental, dan orang lanjut usia.
Aspek yang diukur: (-)aspek berpikir logis, (-)kecakapan pengamatan ruang, (-) kemampuan untuk mencari dan mengerti hubungan antara keseluruhan dan bagian2, jadi / termasuk kemampuan analisa dan kemampuan integrasi, dan (-) kemampuan berpikir secara analogi.
Tujuan: untuk mengungkap taraf kecerdasan bagi anak2 berusi 5-11 th. Disamping itu juga digunakan untuk orang2 yang lanjut usia dan bahkan anak2 defective.
3) Advanced Progressive Matrices (1943) ; terdiri dari dua bagian. Bagian I terdiri dari 12 soal, sedangkan bagian II terdiri dari 36 soal. Digunakan untuk orang normal tanpa batasan waktu / kalau ada batasan waktu_mengukur kecepatan dan ketepatan kemampuan intelektual. Biasanya digunakan untuk subyek usia di atas 11 tahun.
Aspek2 yang diukur: untuk mengungkap kemampuan efisiensi intelektual. Tes APM ini sesungguhnya untuk membedakan secara jelas antara individu2 yang berkemampuan intelektual lebih dar normal bahkan yang berkemampuan intelektual superior.
Tujuan: untuk mengukur tingkat inteligensi, disamping untuk analisis tujuan klinis
B. Differential Aptitude Test / DAT (George K. Bennet, Harold G. Seashore, Alexander G. Wesman ; untuk maksud mendapat prosedur penilaian yang ilmiah, terintegrasi, dan standard, bagi murid pada grade 8-12.
1) Tes berhitung
Aspek yang diukur: kemampuan berfikir dengan angka, penguasaan hub numeric.
Tujuan: untuk melakukan prediksi dalam bidang pendidikan dan pekerjaan.
2) Tes penalaran
Aspek yang diukur: kemampuan penalaran individu yang bersifat non verbal.
Tujuan: untuk pelajaran atau pekerjaan/profesi yang memerlukan persepsi hub antara benda2.
3) Tes pola
4) Tes pengertianmekanik
5) Tes cepat dan teliti
C. General Aptitude Test Battery (GATB)
1) Tes ruang bidang
2) Tes mempersamakan perkakas
3) Tes kecekatan jemari
D. Flanagan Aptitude Classification Test (FACT)
1) Tes kode dan ingatan
2) Tes merakit obyek
3) Tes skala dan grafik
4) Tes pemahaman
5) Tes mengutip
6) Tes komponen
7) Tes tabel
8) Tes ungkapan
E. Lain-lain:
1) Tes dasar pengertian mekanik
2) Tes kraepelin
3) Tes symbol matematika
4) Culture Fair Intelegence Test (CFIT)
5) Skala kecenderungan kepribadian
6) Developmental Tes of Visual Motor Integrastion
7) Test bender gestalt
8) Tes perencanaan
9) Tes perbendaharaan kata
10) Tes apersepsi pekerjaan
11) Tes kecenderungan berprestasi

LAPORAN TUGAS “OBSERVASI“
I. Judul : Perilaku seseorang dalam angkutan umum

II. Pendahuluan
Pengamatan (observasi) merupakan salah satu teknik dalam penelitian, yang mana memungkinkan peneliti mencatat peristiwa-peristiwa dalam situasi yang berkaitan dengan pengetahuan yang langsung diperoleh dari data.
Dalam rangka memenuhi tugas observasi mata kuliah psikodiagnostik VII, kami melakukan observasi tentang perilaku seseorang dalam angkutan umum. Di mana banyak hal yang biasanya dilakukan seseorang ketika ia berada dalam angkutan umum, misalnya membaca buku, ngobrol dengan teman, menelpon atau ada juga yang hanya berdiam diri. Semua itu dilakukan dalam rangka mengisi waktu luang selama berada di dalam angkutan umum tersebut.
Observasi ini kami lakukan pada tanggal 28-29 November yang berlokasi di dalam angkutan umum jurusan Joyoboyo-Sidoarjo sepanjang perjalanan dari IAIN Surabaya sampai dengan Sidoarjo pada pukul 13.30 WIB pada hari pertama dan pukul 15.45 WIB pada hari kedua. Total subyek observasi keseluruhan adalah sebanyak 30 orang, dengan rincian 13 orang subyek pada hari pertama dan 17 subyek pada hari kedua.

III. Tujuan Observasi
1. Untuk mengetahui perilaku apa saja yang biasanya dilakukan seseorang ketika ia berada di dalam angkutan umum.

IV. Teknik pengumpulan data
Dalam melakukan observasi ini kami menggunakan teknik rating scale di mana kami mencatat gejala-gejala dan ciri-ciri tingkah laku yang ditimbulkan oleh observees, yang kemudian kami mendaftar tingkah laku tersebut sesuai dengan tingkatan-tingkatan perilaku yang ada pada daftar kami.

V. Hasil Observasi
Setelah mengadakan observasi yang berlangsung selama 2 hari, maka dapat dilaporkan hasilnya yaitu sebagai berikut:
1. Jumlah orang yang ngobrol dalam angkutan umum yaitu 12 orang (40%) dari 30 orang subyek.
2. Jumlah orang yang membaca buku dalam angkutan umum sebanyak 4 orang (13,3 %) dari 30 orang subyek.
3. Jumlah orang yang menelpon di dalam angkutan umum sebanyak 5 orang (16,7%) dari 30 orang subyek.
4. Jumlah orang yang hanya berdiam diri di dalam angkutan umum sebanyak 9 orang (30%) dari 30 orang subyek.

VI. Kesimpulan
Dari hasil penelitian di atas maka dapat disimpulkan bahwa:
 Jumlah subyek yang ngobrol diangkutan umum menduduki peringkat tertinggi di antara indikator perilaku yang lain yaitu sebanyak 40 % dari total keseluruhan subyek.
 Sedangkan peringkat kedua diduduki oleh subyek yang hanya berdiam diri yaitu sebanyak 30 % dari total keseluruhan subyek.
 Disusul peringkat ketiga yang diduduki oleh subyek yang menelpon dengan jumlah 16,7 % dari total keseluruhan subyek, dan
 Peringkat terakhir diduduki oleh subyek yang membaca buku sebayak 13,3 % dari total keseluruhan subyek.



DAFTAR PUSTAKA

Moeleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005.

Sitorus, Ramlan. Himpunan Abstraksi Laporan Hasil Penelitian IAIN dan STAIN. Medan: Proyek Perguruan Tinggi Agama IAIN Sumatera Utara, 1998.

Desain Pemeriksaan Psikologi bagi Perusahaan Pengepakan Barang
1. Pembicaraan antara pihak user (manajemen) dengan tim psikolog
Sebelum dilaksanakannya pemeriksaan psikologi, perlu adanya kesapakatan antara pihak user (manajemen) dengan tim psikolog untuk menetapkan tujuan pemeriksaan dan aspek-aspek psikologi yang akan diperiksa. Dalam hal ini adalah bertujuan untuk seleksi karyawan perusahaan pengepakan barang. Kemudian pihak manajemen memberikan deskripsi tentang pekerjaan tersebut kepada tim psikolog untuk selanjutnya dicari aspek-aspek psikologis apa yang akan diperiksa.
Untuk menyeleksi seseorang yang cocok pekerjaan pengepakan barang maka dibutuhkan seorang yang memiliki beberapa kriteria untuk memegang jabatan karyawan ini. Misalnya: memiliki ketahanan fisik yang kuat yang berorientasi pada aktivitas pekerjaannya yaitu mengepak barang-barang, dengan kondisi di ruang kerja 16 m² dan mampu bekerjasama dengan baik terhadap rekan kerjanya yang lain, memiliki ketrampilan khusus dalam mengepak barang-barang secara tepat dan teliti, serta penyabar dan mampu bekerja dalam tekanan. Untuk pengetahuan dan kecerdasan hanya dibutuhkan orang yang memiliki tingkat kecerdasan rata-rata.
2. Penetapan alat ukur pemeriksaan psikologi (psikotes)
Setelah pihak manajemen memberikan deskripsi tentang pekerjann dan aspek-aspek apa saja hendak diperiksa dalam rangka optimalisasi SDM melalui asas the right man in the right place, maka tugas tim psikolog selanjutnya adalah menetapkan alat ukur pemeriksaan apa yang tepat atau cocok untuk digunakan. Dari contoh analisis jabatan di atas mungkin tim psikolog dapat menggunakan alat-alat tes sepert: (1) Tes kecekatan jemari yang bertujuan untuk mengukur bakat atau kemampuan khusus kecekatan jemari individu. (2) Tes kraepelin untuk mengukur kecepatan kerja, ketelitian kerja, keajegan kerja, dan ketahanan kerja yang sangat dibutuhkan untuk profesi ini. (3) Tes apersepsi pekerjaan untuk mengungkap kepribadian individu bersama (4) Tes kecenderungan kepribadian, juga (5) Tes proyektif, yang mana untuk mencari individu yang memiliki kepribadian mampu bekerja dalam tekanan, mampu bekerjasama dengan rekan kerjanya yang lain, serta mampu bertahan / tidak mudah menyerah dalam kerjanya.
3. Persiapan oleh tim psikolog (briefing kepada seluruh anggota tim, menyiapkan materi tes, dsb.)
Persiapan amatlah penting dalam proses pemeriksaan psikologi secara formal untuk menghindari kesalahan-kesalahan baik yang bersumber dari tim psikolog, calon karyawan, maupun situasi lingkungan, sehingga dapat diperoleh data yang obyektif. Tim psikolog harus mempersiapkan materi tes, suasana rungan, dan fasilitas yang memadai untuk tes. Untuk wawancara dibutuhkan persiapan mengenai pertanyaan yang akan ditanyakan, dan bagaimana mereka menilai para calon.
4. Pelaksanaan.
Dalam pelaksanaan tes sampai dengan hasil yang diperoleh untuk pihak manajemen, ada beberapa langkah yang dilalui yaitu:
o Tes secara klasikal: yaitu tes melalui alat-alat pemeriksaan psikologi yang telah dipersiapkan sebelumnya.
o Wawancara individual: untuk memperoleh informasi yang tepat dari para calon yang berterus terang dalam menjawabnya.
o Pengolahan data (koreksi, pembuatan norma kelompok, dsb.): dengan menyusun spesifikasi tentang masing-masing pribadi individu.
o Penulisan laporan oleh psikolog: setelah data diperoleh maka langkah selanjutnya adalah menuliskan laporan tentang masing-masing individu.
o Second opinion dari psikolog lain: sebagai pertimbangan maka dibutuhkan opini dari psikolog lain untuk meyakinkan kembali tentang data para calon karyawan.
o Penulisan laporan final: setelah yakin baru langkah selanjutnya adalah penulisan laporan final yang akhirnya untuk dilaporkan pada [ihak manajemen.
o Penyerahan laporan kepada user (normal: 14 hari kerja setelah tanggal pelaksanaannya).

Daftar Pustaka:
Alsa, Asmadi, dkk. Informasi Tes. Jogjakarta: Fakultas Psikologi UGM, tth.
Munandar, Ashar Sunyoto. Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta: Universitas Indonesia, 2001.
Redmond, Robert. S. Cara Merekrut Manajer Yang Baik. Jakarta: Bumi Aksara, 1997.
Stevens, Michael. Berhasil Dalam Wawancara. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1996.
Suharno, R. Testologi Pengantar. Jakarta: Bumi Aksara, 1984.

1. Rencana / Pedoman Wawancara
A. Tema Wawancara
“Proses Penyaluran Hewan Kurban di Ponpes Riyadlus Sholihin”
B. Tujuan Wawancara
1. Untuk mengetahui latar belakang pengadaan penyembelihan hewan kurban di Ponpes Riyadlus Sholihin
2. Untuk mengetahui dari mana sumber dana atau hewan kurban yang akan digunakan untuk kurban itu diperoleh
3. Untuk mengetahui bagaimana proses penyaluran hewan kurban yang dilaksanakan oleh panitia penyelenggara Ponpes Riyadlus Sholihin
C. Interviewer & Interviewee
o Interviewer: Bina Lestari & Lukman Firdaus
o Interviewee: Ali Imron
D. Daftar Pertanyaan
1. Apa alasan Ponpes Riyadlus Sholihin membentuk panitia dan mengadakan penyembelihan dan penyaluran hewan kurban ini?
2. Dari mana hewan kurban ataupun sumber dana untuk pembelian hewan kurban ini anda peroleh?
3. Kepada siapa hewan kurban tersebut akan disalurkan?
4. Apakah menurut anda proses penyaluran yang anda lakukan sudah sesuai dengan prosedur ajaran dalam Islam?
5. Apakah acara ini akan tetap berlanjut di masa-masa yang akan datang?

2. Laporan Wawancara
A. Tanggal dan Tempat Wawancara
Acara ini kami lakukan pada hari kamis tanggal 20 Desember 2007 yang bertempat di Lingkungan Ponpes Riyadlus Solihin yang beralamat di Desa Ketapang Tanggulangin RT.03 / RW.01 Sidoarjo. Wawancara kami ini kami laksanakan sekitar pukul 08.00 WIB – 08.40 WIB.
B. Data Diri Interviewee
Wawancara ini kami ajukan kepada salah seorang santri pondok pesantren Riyadlus Sholihin yang kebetulan menjabat sebagai ketua panitia penyelenggara idhul adha 1428 H yaitu:
Nama : Ali Imron
Asal : JL. Doho RT.02 RW.01 Ketapang Tanggulangin kab. Sidoarjo
Jabatan : Ketua Panitia Idhul Adha 1428 H
C. Data Verbatin
Lukman : Assalamualaikum mas, benar mas nya ketua panitia idhul adha ini?
Ali Imron : Wa’alaikum salam, benar.
Lukman : Boleh minta waktu sebentar mas?
Ali Imron : Tentu saja.
Lukman : Gini mas, kami dari Institut Agama Islam Surabaya ingin mengadakan wawancara dengan mas untuk kegiatan yang sedang mas selenggarakan.
Ali Imron : Oh ya, mari kita duduk dulu. Kita ngobrol di dalam saja biar lebih nyaman.
Lukman & Bina : Terima kasih mas.
Lukman : Sebelumnya, nama mas siapa?
Ali Imron : Nama saya Ali Imron yang kebetulan santriwan asal desa sini sendiri.
Bina : Alamat Mas?
Ali Imron : Saya tinggal di RT sebelah mbak, RT 2
Bina : Sejak kapan mas ponpes ini menyelenggarakan kegiatan penyaluran hewan kurban kaya gini?
Ali Imron : Alhamdulillah sudah 3 tahun ini mbak.
Lukman : Latar belakang kegiatan ini apa sih mas?
Ali Imron : Ini merupakan salah satu program kerja yang kami susun sejak berdirinya pondok pesantren kami mas, di samping itu juga sebagai pembelajaran bagi santriwan dan santriwati di sini agar tau bagaimana cara menyalurkan penyembelihan hewan kurban. Nggak hanya itu mas, kami juga biasanya menyalurkan pembagian zakat fitrah juga di bulan ramadhan.
Bina : Sumber dana untuk pembelian hewan gimana mas?
Ali Imron : Alhamdulillah kami mendapatkan hewan-hewan kurban itu dari sebuah lembaga kemilitiren di Surabaya, dan juga dari wali santri yang kebetulan juga memasrahkan kurbannya kepada kami.
Lukman : Berapa ekor hewan yang diperoleh pada tahun ini mas?
Ali Imron : Nggak seperti biasanya. Biasanya kami mendapat banyak dari Banpur Marinir Surabaya, Lantamal V Surabay, juga Balur Jaltim. Tapi tahun ini kami hanya mendapatkan 6 ekor kambing. 2 ekor dari Banpur, dan 4 ekor lagi dari wali santri. Kami terlambat memasukkan proposalnya mas jadinya ya gini.
Bina : Kepada siapa hewan kurban ini akan disalurkan nantinya mas?
Ali Imron : Karena kita dapatnya sedikit, jadi tahun ini penyaluran hewan kurban ini kami fokuskan hanya untuk anak-anak yatim yang yang sudah kami data yang ada di desa ini.
Lukman : Apakah menurut anda proses penyaluran yang telah anda lakukan sudah sesuai dengan prosedur ajaran dalam Islam?
Ali Imron : Saya kira sudah, kami melakukan semua ini juga masih dalam bimbingan pak kyai kok mas.
Bina : Pertanyaan terakhir mas. Apakah program ini akan tetap berlanjut untuk tahun-tahun ke depannya?
Ali Imron : Insya Allah, doakan juga aja ya mbak, mas.
Lukman : Iya, Insya Allah. Terima kasih atas waktu dan kesempatannya ya mas, mohon maaf kalau kita mengganggu. Kami mohon pamit dulu, semoga acaranya bisa berhasil dan sukses.
Ali Imron : Amin..
D. Kesan Tentang Interviewee
1. Sikap dan sifat interviewee saat wawancara:
Interviewee terlihat tegas dan berwibawa dalam menjawab semua pertanyaan-pertanyaan dari kami.
2. Pengaruh kehadiran orang ketiga:
Tidak ada kehadiran orang ketiga ketika wawancara berlangsung karena semua santriwan dan santriwati sedang ada di halaman pondok pesantren sedangkan proses wawancara berlangsung di dalam ruang pondok.
3. Pertanyaan yang sukar dijawab:
Ada satu pertanyaan yang mungkin agak sulit dijawab oleh interviewee yaitu ketika kami menanyakan “apakah menurut anda proses penyaluran yang telah anda lakukan sudah sesuai dengan prosedur ajaran dalam Islam?”. Hal ini ditandai dengan agak lamanya interviewee berpikir untuk menjawab pertanyaan tersebut.
4. Pertanyaan yang sukar disampaikan:
Tidak ada pertanyaan yang sukar untuk kami sampaikan, semua pertanyaan dapat kami sampaikan dengan baik.
5. Pertanyaan yang jawabannya tidak meyakinkan:
Ada juga satu pertanyaan yang jawabannya tidak menyakinkan dari interviewee yaitu ketika kita menanyakan “Apakah program ini akan tetap berlanjut untuk tahun-tahun ke depannya?”. Interviewee tidak memberikan jawaban yang agak pesimis. Hal ini mungkin juga diakibatkan dekatnya letak ponpes tersebut dengan area bencana Lumpur Lapindo di Porong.

3. Kesimpulan
A. Kesulitan saat wawancara:
Salah satu kesulitan yang kita alami saat wawancara adalah ketika menyampaikan pertanyaan. Hal ini dikarenakan interviewernya yang berjumlah dua orang. Jadi kadang-kadang kita menanyakan pertanyaan sama yang telah kami persiapkan secara bersamaan.
B. Cara mengatasi:
Ada baiknya, jika jumlah interviewer dua orang atau lebih maka persiapkan baik-baik semua pertanyaan yang sudah dikonsep, bagi untuk dua sama rata pertanyaan yang akan diajukan beserta giliran waktu untuk menyampaikan pertanyaan tersebut.
C. Kemudahan dari wawancara:
Melalui wawancara ini kita dapat memperoleh keterangan yang jelas dan juga lengkap secara langsung dari sumber yang terpercaya.
D. Cara memaksimalkan kemudahan yang diperoleh:
Untuk memaksimalkan salah satu kelebihan wawancara tersebut maka buatlah pertanyaan-pertanyaan sedetail tentang semua hal yang ingin ketahui, namun perlu diingat juga, pertanyaan-pertanyaan itu harus jelas dan mudah dimengerti agar interviewee mudah memahami.
Disamping itu disarankan agar kita mencari sumber keterangan (interviewee) yang benar-benar mengerti akan hal yang ingin kita ketahui agar jawaban-jawaban yang kita peroleh dapat dipercaya.

DIKTAT PSIKODIAGNISTIK
Psyche : jiwa = nyawa
Diagnosa : menentukan keadaan sekarang
Psychodiagnostik : menentukan keadaan jiwa pada saat sekarang
Di dalam clinical istilah diagnosa diikuti dengan prognosa.
DEFINISI DIAGNOSA : (DICTIONARY OF PSYCHOLOGY by CHAPLIN)
Diagnosa is determinication of the nature of an abnormality or diaseases. (menentukan ketidaknormalan atau penyakit) atau
Diagnosa is classification of an individual on the basis of a diaseases or abnormality. (pengelompokan atau mengelompokkan individu yang mempunyai dasar penyakit atau ketidaknormalan).
Dari istilah-istilah di atas terdapat cara untuk mendapatkan data diagnosis :
1. Diagnosis interview : yang mempunyai tujuan lebih lanjut untuk menentukan kemungkinan-kemungkinan yang menyebabkan timbulnya tingkah laku pada individu atau untuk menentukan kecenderungan-kecenderungan perilaku saat itu / saat konsultasi.
2. Diagnosa test : tes yang diadakan untuk mendiagnosa berbagai macam kemungkinan yang menyebabkan tingkah laku tertentu pada individu.
Prognosa : Memprediksi, memberikan ramalan untuk masa yang akan dating atau dapat juga disebut sebagai pengontrolan tingkah laku terhadap individu setelah dilakukan diagnosa.

CHAPLIN
Prognosis is prediction of the out come or diaseases (duration) or mental discovered or Prognosis is some of its expected duration severity and protest, Diagnosa, Prognosa.
Timbulnya istilah Psychodiagnostik :
Mula-mula timbul untuk memenuhi kebutuhan klinis yang bertitik tolak pada kepentingan ketidaknormalan (abnormalitas).

HERMAN RORSCHACH
Orang pertama yang memakai istilah Psikodiagnostik secara resmi, Menggunakan test proyeksi untuk mengetahui gangguan jiwa pada pasien-pasiennya, hasilnya ini dibukukan dalam psikodiagnostik. Dengan mendiagnosa dari keadaan psychis individu-individu dapat menentukan tindakan pengobatan yang tepat bagi individu.

Pengertian dalam arti sempit :
Suatu metode yang digunakan untuk menentukan gangguan-gangguan psikis pada individu dengan maksud ingin menentukan pertolongan yang mungkin dapat diberikan untuk masa-masa selanjutnya.
TEST RHO
Berkembangnya psikodiagnostik di berbagai macam bidang antara lain ingin memenuhi tuntutan the right man on the right place. Seperti manusia bisa memegang jabatan sesuai dengan kepribadiannya, begitu pula dalam bidang pendidikan, sekolah-sekolah, psikodiagnostik mempunyai peran penting.
Misal : dalam menentukan Inteligensi : kepribadian.
Bakat : penyesuaian anak.
Pada lapangan pendidikan dipegang oleh Educational Guidance. Isi diagnostic dapat juga mempunyai sifat yang vocational guidance yaitu memberikan bimbingan pada individu-individu untuk menentukan jabatan. Karena makin luas penggunaan Psikodiagnostik. Dan dituntut penggunaan secara teknik & praktis maka ada yang memberi nama Psycho Teknik, pengaruh dari perkembangan ini banyak timbul penelitian-penelitian secara ilmiah untuk menentukan valid atau tidaknya suatu tes yang ada, disamping untuk menciptakan test-test yang baru.
Di dalam bidang ; sebelum kita menentukan alat apa yang harus digunakan kita memerlukan adanya job description.
Misalnya : Untuk menerima pengurus took maka harus ada job description seperti hubungan social, IQ, ketelitian bakat, kecepatan kerja, jujur, dll, kemudian harus ada job requirement, maka baru bias menentukan alat. Alat apa yang tepat untuk situasi seperti itu.

KEGUNAAN PSIKODIAGNOSA :
1. Digunakan pada rana klinis (clinical setting)
Yaitu digunakan untuk memeriksa, meneliti potensi pada klien guna memberikan treatment yang tepat. Biasanya digunakan di rumah sakit, pusat-pusat kesehatan mental.
Focus penggunaannya pada usaha mendeteksi gangguan psikis yang dialami oleh individu, serta mengukur kemampuan / kekuatan pribadi yang dimiliki oleh individu untuk menentukan treatment yang paling tepat / efektif, karena pada prinsipnya treatment yang sama belum tentu bias diberikan pada individu yang berbeda.
2. Digunakan pada rana hukum (Legal setting)
Yaitu untuk membantu proses peradilan agar supaya permasalahan psikologis yang dialami oleh klien itu bias menjadi pertimbangan dalam pengambilan keputusan, jadi psikolog di sini berperan sebagai saksi ahli. Biasanya digunakan di peradilan, LP, tempat-tempat rehabilitasi.
3. Educational : untuk pemilihan jurusan
Vocational : untuk pekerjaan, rekruitmen.
4. Pada rana penelitian (Research setting)
Merupakan pengembangan kegunaan-kegunaan sebelumnya termasuk untuk up date alat-alat penelitian. Biasanya digunakan di perguruan tinggi.


TUJUAN PSIKODIAGNOSTIK :
Ada beberapa tujuan yang dapat dicapai dengan dilakukannya proses psikodiagnostik terhadap seseorang :
1. Memperoleh informasi yang sebanyak-banyaknya ; (dalam aspek perkembangan intelektual, kepribadian, social, emosi). Dan dapat memahami kebutuhan individu secara optimal.
2. Mengetahui kelemahan-kelemahan dan keunggulan-keunggulan agar kehidupannya dapat dimaksimalkan.
3. Pemahaman terhadap individu merupakan sarana yang baik bagi keluarga untuk memberikan perlakuan yang tepat.
4. Untuk penempatan pendidikan dan pekerjaan secara tepat.
5. Untuk kepentingan Bimbingan Konseling.
6. Sebagai bahan proses terapi bila dibutuhkan.

DALAM PSIKODIAGNOSTIK ada 2 ASPEK yaitu :
1. Aspek yang bersifat TEORITIS (pemahaman)
Yaitu : studi ilmiah tentang berbagai metode yang mempunyai maksud menentukan diagnosa psikologis supaya dapat menentukan individu secara lebih tepat dan dibina oleh lembaga-lembaga ilmiah.
2. Aspek yang bersifat PRAKTIS (aplikatif)
Yaitu : suatu pengembangan / penciptaan metode untuk membuat diagnosa psikologis dengan maksud supaya dapat memperlakukan individu secara teliti dan tepat, dibina oleh pelaksana-pelaksana praktis.
Psikodiagnostik membicarakan bermacam-macam metode yang dapat digunakan dalam lapangan psikologi untuk menentukan psychis seseorang.
Bagian praktis dan teoritis selalu berpengaruh atau mempengaruhi dalam perkembangan psikodiagnostik yang teoritis membuat penelitian apa yang diteliti timbul dari hal yang praktis. Misalnya tentang kejujuran.
Dalam garis besarnya tugas daripada Psikodiaknostik dapat disistimasikan dalam 3 hal :
1. Tahap pengumpulan data (mengumpulkan segala hasil pengungkapan psikologi yang diberikan)
2. Tahap penelitian data (pada individu yang bersangkutan. Mengolah data yang telah ada)
3. Tahap membuat kesimpulan (baik secara deskriptif maupun statistik.)
Kesimpulan ini nantinya menjadi DIAGNOSA.
Penggunaan data yang bersifat masal menggunakan statistik.
Therapy = Penyembuhan.
Di dalam membuat kesimpulan yang sifatnya sudah diagnosa, tergantung daripada tujuan daripada testing. Garis besarnya :
Klinis
Industri ditekankan pada kebutuhan individu, motivasi dapat peka.
Pendidikan ditekankan pada hal-hal yang berhubungan dengan pendidikan.
Misalnya : bakat, IQ.
Dalam Psikodiagnostik : karena termasuk individu yang kompleks maka dalam usaha menganalisa data-data psikologis harus digunakan beberapa macam metode yang memungkinkan supaya data-data psikodiagnostik yang dibutuhkan bias semaksimal mungkin terungkap.
Misalnya : pada interview, tidak mau terus terang untuk mengatasi ini digunakan test proyeksi.
Di dalam garis besarnya secara operasionil dapat digunakan bermacam-macam metode dalam mengungkapkan data-data psikologi, adapun metode-metode tersebut :
 Metode Observasi
 Metode Interview
 Metode Biografi
 Metode Pengumpulan analisa hasil karyanya dan metode test.

METODE TEST
Metode ini merupakan inti Psikodiagnostik akan banyak digunakan bermacam-macam test untuk mendiagnostik test-test atau client-client. Di dalam istilah test sudah terkandung arti pengukluran karena pada psikologi test itu merupakan pengukuran-pengukuran aspek-aspek psikis. Istilah ini mula-mula digunakan oleh CATTELL (1890), kemudian metode ini sangat popular. Tetapi walaupun demikian mengenai definisi test dalam hal ini adalah test psikologi, masih belum ada keseragaman sebab dalam test psikologi definisi adalah penting. Biasanya masa-masa ahli pengetahuan mengemukakan pendapat dengan teori yang berbeda-beda antara lain oleh :
ANNE ANNASTHASI
Bahwa test merupakan alat pengukur yang mempunyai standart yang objektif sehingga dapat digunakan secara meluas dan dapat betul-betul digunakan untuk mengukur serta membandingkan keadaan psichis / tingkah laku individu yang satu dengan yang lain.
Test adalah alat pengukur yang bersifat obyektif dan distandardnisasi terhadap tingkah laku.
L.G CHROBACH
Test adalah prosedur yang sistematis untuk membandingkan tingkah laku dari dua orang atau lebih.
GOGDENOUGH
Dalam "Mental Testi"
Test itu merupakan suatu tugas yang diberikan kepada sekelompok individu dengan maksud membandingkan kecakapan mereka yang satu terhadap yang lain.
Kesimpulan :
Test merupakan suatu tugas, baik berupa peranyaan pertanyaan yang mempunyai standart yang objektif yang harus dikerjakan oleh seorang atau sekelompok individu.
Berdasarkan hasil data test tersebut dapat digunakan untuk mengetahui keadaan jiwa psikis individu serta dapat pula untuk membandingkan keadaan psikis individu yang satu dan yang lain. Dengan sendirinya sebagai alat pengukur supaya dapat digunakan atau berfungsi dengan baik mempunya bermacam-macam syarat.
Syarat-syarat daripada test yang baik antara lain :
 Test harus VALID
 Test harus RELIABILITY
 Test harus MEMPUNYAI STANDART
 Test harus OBYEKTIF
 Test harus DISCRIMINATIVE
 Test harus mudah digunakan
 Test harus USABILITY
 Test harus COMPREHENSIVE

TEST HARUS VALID
Test tersebut harus dapat mengukur apa yang hendak diukur. Validity merupakan masalah yang pokok.
Bermacam-macam validity :
1. FACE VALIDITY
Merupakan jenis validity yang paling lemah karena test tersebut dianggap valid hanya berdasarkan tampaknya saja. Biasanya penggunaannya lebih bias dipercaya bila dipakai oleh orang yang sudah berpengalaman.
2. CONTENT VALIDITY
Test dikatakan mempunyai content validity apabila isi daripada test tersebut sudah dipandang sesuai dengan tujuan daripada test. Pada umumnya dipergunakan untuk test yang bersifat mengukur prestasi atau kecakapan yaitu mengukur kemampuan terhadap pengetahuan yang telah diberikan melalui pendidikan formil pada waktu-waktu yang lalu, misalnya : di SD dengan test berhitung.
3. LOGICAL VALIDITY
Suatu test dikatakan valid dalam hal ini apabila test tersebut isinya sesuai dengan dasar-dasar teori mengenai apa yang akan diukur. Jadi sebelum melihat atau menguji test tersebut valid atau tidak maka perlu dipahami teori tentang aspek yang akan diukur.
Misalnya : Tes proyeksi atau test kepribadian.
Ingin mengungkap pribadi seseorang, garis besar kepribadian emosi, kemasakan sosial, kreativitas, inisiatif.
4. EMPERICAL VALIDITY
Test dikatakan mempunyai empirical validity apabila ada kesesuaian antara hasil test dengan keadaan yang sebenarnya.
5. FACTORIAL VALIDITY
(hubungan dengan analisis faktor)
Test dikatakan mempunyai factorial validity apabila test tersebut disusun sedemikian rupa sehingga dapat mengungkap faktor-faktor daripada aspek psikis yang akan diukur.
Apabila test tersebut disusun sesuai dengan faktor-faktor yang terkandung dalam aspek psikis yang akan diukur.

DEFINISI INTELIGENSI oleh THURSTONE
Bahwa di dalam inteligensi mengandung faktor-faktor ingatan, kelancaran berkata-kata atau berbicara, reasoning atau penalaran, memahami ruang. Ini semua berdasarkan factorial validity.

TEST HARUS MEMPUNYAI STANDARDISASI
Yang dimaksud adalah test tersebut harus mempunyai ukuran yang tetap atau norma yang tetap baik, di dalam materi maupun administrasi.
Misal : yang berhubungan dengan materi,
- Test balok ukuran daripada balok yaaang digunakan dalam test harus sama.
- Waktu mengerjakannya pun harus sama.
- Seorang harus sama.
- Instruksi.

TEST HARUS OBJEKTIF
Di dalam standardisasi mencakup objektivitas kalau segala sesuatu di dalam test tersebut sudah diatur sedemikian rupa dimaksudkan agar orang dapat bertindak obyektif. Tttetapi yang dimaksud test harus obyektif test tidak boleh jika di dalam score terpengaruh oleh siapapun di dalam mengerjakan juga terpengaruh dalam subjektivitas di dalam dirinya.

TEST HARUS DISKRIMINATIF
Biasanya di dalam mengetest kita dapat melihat seberapa jauh test tersebut dapat mengungkap dan membedakan antara kualitas yang tinggi dan yang rendah. Tttest yang baik mempunyai diskriminatif adalah test yang mampu menunjukkan perbedaan kualitas sampai sekecil-kecilnya. Jadi test yang baik harus mempunyai daya pembeda yang teliti. Istilah kualitas sering disingkat dengan Diskrimation Power.

TEST HARUS MUDAH DIGUNAKAN
Test tersebut tidak mempunyai prosedur yang berbelit-belit yang sulit. Test yang baik adalah test yang prosedurnya mudah digunakan oleh siapa saja. Juga di dalam waktu yang tidak mengalami perbedaan. Syarat-syarat tersebut bertujuan supaya yang bersangkutan tidak terbatas pada orang yang menciptakan yang hanya beberapa orang saja.
Di dalam mencari reabilita dengan menghitung hubungan antara alat pengukur yang sama yang digunakan dalam waktu yang berlawanan.
Cara-cara menyelidiki reliabilita dibedakan menjadi 3 macam :
a. METODE TEST-RETEST
Di dalam metode ini test yang sama diberikan sekelompok individu dalam waktu yang berlainan.
Mis : 1 minggu, 2 minggu, atau beberapa hari.
Kemudian score testing I dihitung korelasinya dengan score testing II. Apabila koef.korelasinya berangka tinggi maka hal itu menunjukkan reliabilitas tersebut tinggi, demikian pula sebaliknya.
b. METODE BELAH DUA (SPLIT HALF METHOD)
Bias dilakukan pada test yang sifatnya sama, artinya membelah dua materi-materi test yang diberikan. Cara yang digunakan dalam hal ini dengan jalan mengelompokkan item-item yang bernomor dasar ganjil juga materi yang bernomor genap dijadikan satu kemudian dihitung joef.korelasinya

ALTERNATE FORM METHOD = PARALEL FORM METHOD = METODE BENTUK SEJAJAR.
Di dalam metode ini disusun 2 test yang equivalent.
Misalnya : test bentuk A & B atau test bentuk 1 & 2.
Kedua test tersebut atau kepada sekelompok individu dalam waktu dan kondisi yang sama kemudian hasil scoringnya dicari koofesien korelasinya. Kalau tinggi reabilitanya tinggi, begitu pula sebaliknya (atau diberikan).

BEBERAPA DASAR FILSAFAT DARI TEST.
Dalam hal ini akan mengarah kepada macamnya test yang berdasarkan dasar filsafatnya dan di dalam garis besarnya ada 2 macam pandangan, dan ini timbul dari dasar filsafat atau amggapan yang berbeda yang sampai sekarang hal ini masih berkembang, juga 2 bentuk test dari dasar filsafat tersebut.

1. TEST PSYCHOMETRIC
Test ini menggunakan ukuran yang eksak dan lebih objektif. Test ini timbul dari dasar pandangan yang dikemukakan oleh THORNDIKE yang intinya : "kalau sesuatu ada maka hal tersebut ada dalam suatu jumlah". Kalau ada di selama suatu jumlah tertentu maka apa yang dapat diukur itu bias diukur secara eksak dan dapat ditunjukkan dalam bentuk angka.
Menurut pandangan ini semua orang mempunyai aspek psikologi yang sama macamnya. Yang tidak sama hanya kualitasnya (jumlahnya).
Misal : semua orang memiliki intelligensi yang berbeda hanya kuantitas dari intelligensi saja. (Yang sama, yang berbeda …)
Maka dari itu di dalam mengatur aspek-aspek psikologi dari seseorang yang paling tepat dengan menunjukkan jumlah yang pasti dari pengukuran benda-benda dapat secara eksas. Dapat ditunjukkan dalam bentuk angka.
2. TEST IMPRESSIOMISTIC
Di dalam test ini banyak menggunakan hanya kesan-kesan saja, tidak digunakan hasil ukur. Di dalam menggambarkan keadaan seseorang dengan test impressiomistic biasanya dengan memberikan gambaran keadaan yang menyeluruh. Hal ini diperoleh dari orang yang di test dalam menghadapi testernya. Jadi di dalam test impressiomistic ini tidak dapat mengetahui orang tersebut menunjukkan kecakapannya atau aspek psikis yang ditunjukkannya. Dddi dalam test ini dititik beratkan pada kualitasnya.
Contoh :
TEST PROYEKSI
Apabila kita menggunakan test psychometric, digunakan daftar pertanyaan di dalam daftar pertanyaan tersebut subyek tinggal memberi tanda kepada jawaban-jawaban yang sudah disediakan & dianggap benar. Kemudian dari hasil peknya tersebut akan dapat ditemukan suatu nilai atau angka dengan menghitung angka yang benar. Di dalam test impressiomistic ini tester hanya mempersilahkan testi untuk menceritakan pengalaman yang ada.
PERBEDAAN ANTARA
PSIKOMETRIC
• Mengambil kesimpulan dari data yang ada.
• Cara pemberian tugas terikat, jadi jawaban telah disediakan, subyeknya hanya memilih.
• Banyak aturan-aturan yang mengikat.
• Dddalam hal scoring ditekankan pada hasil terakhir test.
• Tentang validitasnya, secara ilmiah betul-betul memenuhi syarat-syarat validitasnya.
IMPRESSIOMISTIC
• Mengambil kesiapan dari hal-hal yang sebelumnya test.
• Cara pemberian tugas lebih bebas daripada psikologi, artinya testi bebas mengeluarkan pendapatnya.
• Aturan-aturan yang mengikat relative sedikit.
• Ssselain hasil terakhir juga diperhatikan pula dalam proses pelaksanaan mengerjakan tugas tersebut.
• Lebih bersifat subyektif karena biasanya testi disuruh mengarang.
• Tidak menuntut validitas dan cara menentukan validitas adalah membandingkan antara tester yang satu dengan yang lain apabila ada yang sama dianggap valid.
• Membutuhkan tester yang baik dan berpengalaman serta mempunyai dasar teori yang baik.


KELEMAHAN DARI PSIKOMETRIC
Biasanya standardisasi tersebut tergantung pada kebudayaan setempat dan aspek-aspek dalam tempat tersebut sehingga apabila dipakai ditempat yang lain harus diteliti dulu tersebut. Apakah sesuai atau tidaknya dengan keadaan tersebut.
Di dalam pelaksanaannya untuk mengungkap faktor-faktor psikis sebaiknya digunakan cara gabungan antara kedua tes tersebut supaya lebih teliti.

TUJUAN MENGGUNAKAN TEST
Di gariskan oleh CRONBACH
• Menetapkan sifat-sifat orang atau kelompok individu berdasarkan standard.
• Mengadakan seleksi terutama dalam mengadakan penelitian-penelitian di dalam penempatan jabtan-jabatan yang sesuai.
• Mengadakan penentuan therapy psikis (bersifat klinis).
• Untuk mengadakan penyelidikan di bidang psikologi tertentu.

PROSES MENTAL YANG DAPAT DIUNGKAP DALAM TEST
Test adalah suatu alat untuk mengadakan pengukuran yang dapat dilanjutkan dengan penelitian.
Pengukuran : menerima apa adanya.
Penilaian : membandingkan dengan aspek-aspek yang lain.
Mengenai proses-proses mental yang dapat diukur dikemukakan oleh REMMERS & GAGE dalam bukunya EDUCATION MEASUREMENT & EVALUATION ada 6 kelompok :
• Mengukur pencapaian di dalam bidang pendidikan dan pengajaran dalam hal ini bersifat achievement yaitu : perkembangan mental yang disubyekkan oleh kemajuan-kemajuan di dalam proses belajar baik yang bersifat ilmu pengetahuan, pengalaman, serta pengetrapan ilmu-ilmu yang telah diperolehnya.
• Proses mental yang berhubungan dengan kemampuan (ability) yang bersifat umum, termasuk di dalamnya IQ juga di samping itu termasuk bakat tertentu.
• Proses mental yang ada hubungan dengan attitude (sikap) baik sikap yang bersifat individu maupun sosial.
Misal : dengan test rho
Sikap individu yang satu dengan yang lain.
• Proses sosial yang berhubungan dengan emosi dan penyesuaian sosial, misal : Seseorang di jangkiti rasa khawatir, di dalam soso adjustment terganggu.
• Untuk mengukur keadaan psikis yang berhubungan dengan latar belakang sosialnya individu yang bersangkutan. Latar belakang social yang berbeda akan menyebutkan situasi mental yang berbeda baik secara individu dan kelompok.
• Mengungkap keadaan psikis yang banyak bertalian dengan keadaan fisik dari individu atau sekelompok individu, berkaitan dengan tipologi.
FUNGSI DARI TEST MENCAKUP 3 HAL :
• Yang bersifat prediksi
• Yang bersifat diagnosa
• Yang bersifat penyandra (memberi gambaran)
Diposkan oleh "Lukman Firdaus" di 02.30 0 komentar
Label: Psikodiagnostik
Rabu, 18 Februari 2009
Contoh Laporan Tes Grafis (2)
IDENTITAS TESTEE
Nama : Lukman Firdaus
Usia : 22 th
Jenis kelamin : Laki-laki
Pendidikan : Perguruan tinggi
PELAKSANAAN TES
Tanggal : 8 September 2008
Tempat : Prodi fakultas dakwah

BAUM TES

GAMBARAN UMUM TESTEE
a. Deskripsi testee tentang gambar
Gambar sudah baik, hanya saja testee bingung saat disuruh menyebutkan nama pohonnya. Sebab tak ada pohon dengan daun yang demikian terdapat bunga dan buahnya.
b. Sikap testee saat tes
Testee agak tegang karena testee tidak berbakat dan paling tidak senang untuk gambar.

INTERPRETASI
1. Interpretasi Formal
a. Lokasi gambar
 Cenderung ke atas:
o Penuh dengan dunia ide
o Imajinatif
o Intelektuil
o Kesadaran yang over individuil
 Cenderung ke tengah:
o Mudah mengadaptasi kepada hal-hal yang riil nyata
o Adanya kesadaran individual, cenderung ke arah yang lebih obyektif
o Sphere dari ego yang empiris, banyak mendasarkan pada empiris
b. Perbandingan akar, batang, dan mahkota
Dari hasil gambarnya tampak tidak proporsional, dimana batang pohon tampak panjang sekali / testee menitik beratkan pada stem yang panjang sekali. Hal ini mengindikasikan:
o Sangat intuitif
o Hidupnya terutama didasarkan pada asadar
o Tertarik pada hal-hal yang nyata
o Perasaan / emosinya mudah bergerak, sensitive, kurang kesadaran
o Negatifnya: belum masak, ada hambatan dalam perkembangan, infantil.
c. Ukuran gambar
 Besar :
o Exibisionisme, dominan
o Fantasi
o Self esteem tinggi (indikasi psikopat)
o Untuk dewasa : mental defisiensi, regresi
d. Kualitas garis
 Tekanan garis
o Berubah-ubah :
• Tidak stabil
• Impulsive
• Mudah frustasi
 Tipe garis
o Kontinou :
• Percaya diri
• Penyesuaian diri baik
e. Tahapan:
Testee menggambar dengan urutan menggambar stem batang terlebih dahulu tanpa menggambar akar, diteruskan dengan menggambar batang, dan terakhir menggambar mahkota (daun).
2. Interpretasi Isi
 Gambar pohon tak disertai akar : hal yang normal
 Stem basis ke kiri dan ke kanan sama
o Hambatan, terutama dalam hal belajar
o Sukar dapat dimengerti
o Mempunyai sifat yang lamban tapi pasti
 Bentuk batang kerucut
o Konkrit dalam menghadapi sesuatu
o Cenderung statis
o Gejala retardasi
o Ada kemungkinan lambat dalam belajar
o Lebih praktis tapi sangat teoritis (motorik agak kasar)
 Shadow (kanan)
o Kemampuan kontak baik
o Penyesuaian diri baik
 Dahan harmonis dan kecil
o Ringan hati
o Nrimo
o Kurang dinamis
 Pohon dengan daun yang nyata
o Berbakat dekoratif
o Tajam dalam pengamatan
o Senang hal yang lahiriah
o Butuh pengakuan (menarik perhatian orang)
o Suka dipuja
o Kurang riil dalam menghadapi sesuatu
o Sering suka menyenangkan hati orang lain
o Pergaulan lincah tapi ada tendensi kekanak-kanakan (minta perlindungan)
 Bunga
o Narsisme (kepuasan diri sendiri)
o Mengagumi diri sendiri
o Ingin pengakuan
o Kurang tuntas dalam berpikir
o Kurang berprestasi tapi banyak menonjolkan diri
o Tahu sepintas lalu
 Buah
o Tajam dalam pengamatan
o Sombong
o Mudah mendemonstrasikan sesuatu kemampuannya/mempertahankan kedaulatan
o Impulsive dalam keputusannya
o Sering membesarkan realita
o Regresi kearah pubertas
o Ingin lekas mencapai tujuan
o Kurang riil dalam menghadapi masalah
o Butuh sanjungan
o Suka melanggar peraturan
3. Kesimpulan
Dari beberapa interpretasi di atas, kecenderungan-kecenderungan sifat yang sering muncul pada diri testee adalah: adanya kesadaran individual, tertarik pada hal-hal yang nyata, penyesuaian diri baik, tajam dalam pengamatan, hambatan belajar, kurang riil dalam menghadapi sesuatu, dan butuh pengakuan (menarik perhatian orang, suka dipuja).















DAM TES

GAMBARAN UMUM TESTEE
a. Deskripsi testee tentang gambar
Gambar sudah bagus hanya saja testee tidak bisa menggambar orang yang seusianya ataupun gambar orang yang bergerak sesuai dengan harapannya. Namun gambar yang telah diselesaikan ini dirasa sudah sesuai dengan kemampuan testee.
b. Sikap testee saat tes
Testee cenderung tegang karena testee kesulitan dan tidak suka untuk menggambar terutama menggambar orang.

INTERPRETASI
1. Interpretasi Formal
a. Lokasi
 Cenderung di tengah :
o Memiliki adaptasi yang cukup baik
o Bersifat egosentris
o Insecure dan rigrid
o Berusaha control secara cermat
b. Perbandingan anggota tubuh
 Sudah proporsional
c. Ukuran gambar
Gambar kecil:
o Secara hipotesis individu yang bersangkutan merasa kecil sehingga dalam menghadapi tantangan / problem dia kurang berani, represi, kurang bersemangat, adanya rasa inferior, rasa tidak mampu.
d. Kualitas garis
 Tebal:
o Memiliki adaptasi yang cukup baik
o Bersifat egosentris
o Insecure dan rigid
o Berusaha control secara cermat
 Tekanan yang berubah-ubah:
o Tidak stabil
o Impulsive
o Mudah frustrasi
o Histeris / siklotimik
e. Tema gambar : “Seorang anak kecil yang mau melakukan shalat”
 Gambar lebih muda dari usia yang sebenarnya :
o Mempunyai sifat yang kurang dewasa
 Gambar terlihat gembira :
o Suasana hati tenang tanpa tekanan
f. Gerakan
Tak ada gerakan / seperti benda mati:
o Tendensi skizofrenia
g. Tahapan
Dalam hal ini testee menggambar bagian kepala terlebih dahulu, kemudia badan / torso, dilanjutkan menggambar tangan, dan yang terakhir adalah bagian kaki.
h. Kesimetrisan
Gambar tidak simetris
i. Kesejajaran
Gambar sejajar, dalam hal ini ditandai dengan adanya kancing baju:
o Kurang matang
o Inferior (kekurangan diri)
o Ketergantungan pada ibu
2. Interpretasi Isi
 Kepala
 Tidak lengkap (tanpa alis):
o Tendensi hambatan dalam hubungan sosial
o Neurotis
 Kepala agak besar:
o Ada kemungkinan gangguan organis (misal: orang sering sakit, kerusakan otak, kemunduran)
o Tendensi hipokondriasis
o Inteligensi kurang
o Pikirannya melayang (over) – pada paranoid
o Terlalu membanggakan intelek
o Aspirasi intelektuil (mungkin disertai grandiosity)
o Kurang masak dalam introspeksi atau fantasi
o Simtom-simtom somatic pada kepala
 Mata
 Tajam, besar, disertai kepala besar:
o Paranoid
o Unsur agresif
o Saidsme
o Ingin berkuasa sekali
 Hidung
 Berbentuk segitiga :
o Semangat juang
o Sexualitas infatil
 Mulut
 Mulut terbuka:
o Cenderung oral erotis
o Cenderung dependensi
 Telinga
 Telinga lebar:
o Peka terhadap kritik
 Pundak
 Lebar dan besar:
o Merasa mampu
o Pada orang dewasa sebagai hal yang biasa
 Lengan
 Lengan seperti sayap:
o Lemah
o Ada hambatan kontak sosial
 Tangan dan jari
 Tangan yang disertai dengan jari-jari yang jelas (nampak garis lengkungnya):
o Cenderung ke arah paranoid
 Tubuh / torso / trunk
 Tubuh yang sangat lebar:
o Kurang merasakan kepuasan fisik
o Mencoba menunjukkan kekuatan fisik
 Pakaian
 Pakaian terlalu lengkap:
o Narcistis (pemujaan terhadap pakaian)
 Saku
 Saku ditekankan:
o Infantil
o Tergantung dependensi
o Kehausan kasih sayang dan perlindungan
o Usaha mengatasi ketergantungan secara jantan
o Ketergantungan oral
o Menekankan kebebasan sendiri
 Kancing baju
 Kancing baju sangat jelas / ditekankan
o Ketergantungan
o Tidak pasti
 Feet
 Gambar kaki secara simbol
o Traumatis
o Kontrol diri secara impulsive
 Kaki digambar ditekuk / dibengkokan
o Kurang yakin pada kemampuan melakukan sesuatu
3. Kesimpulan
Dari interpretasi DAM tes di atas, kecenderungan sifat yang sering muncul pada testee adalah: cenderung ke arah paranoid, cenderung tergantung / dependensi, hambatan dalam hubungan sosial, inferior (kekurangan diri), impulsive















HTP TES

INTERPRETASI GLOBAL
a. Situasi gambar
 Rumah
o Pintu tertutup: Acceptance kurang
o Rumah bagus : Memberi penilaian yang menyenangkan terhadap figur ibu
 Orang
o Sedang melihat ke rumah dan pohon: kehausan / kebutuhan kasih sayang dari ayah dan ibu
b. Letak gambar
Gambar terletak di tengah dengan posisi kertas diagonal.

KESAN UMUM
a. Proporsional:
o Gambar proporsional :
Kecerdasan : baik
b. Posisi
o Orang cenderung dekat dengan rumah: lebih dekat dengan pihak ibu
c. Komposisi:
Terdapat hubungan / komposisi yang baik
d. Penyelesaian:
Semua gambar telah selesai

INTERPRETASI DETAIL
a. Rumah
 Rumah bagus:
o Ibu berperan dengan baik
o Persepsi anak terhadap ibu baik (positif)
 Rumah besar:
o Peranan ibu sebagai pelindung baik
 Rumah tertutup:
o Kurang adanya penerimaan dari ibu

b. Pohon
 Pohon perdu, penghias:
o Fungsi ayah sangat lemah
o Ayah tak punya otoritas, tak punya keberanian, kurang jantan
c. Orang
 Mendekati rumah:
o Ada kebutuhan terhadap perhatian, kesatuan, kasih sayang

KESIMPULAN
Dari interpretasi di atas dapat disimpulkan adanya kecenderngun sifat yang ada pada diri testee yang berhubungan dengan keluarga diantaranya: testee merasa kehausan akan kasih sayang ibu hal ini juga didukung dengan tes-tes sebelumnya, disamping itu ada indikasi fungsi ayah yang sangat lemah dan tidak memiliki otoritas. Dalam hal ini memang nampak fungsi ibu yang lebih dominan daripada ayah, dimana gambar rumah yang lebih besar, sedangkan pohon hanya sebagai penghias.
Diposkan oleh "Lukman Firdaus" di 19.56 0 komentar
Label: Psikodiagnostik
Selasa, 17 Februari 2009
Contoh Laporan Tes Grafis (1)
• IDENTITAS TESTEE
Nama : Bina Lestari Ratnawati
Usia : 21 th
Jenis kelamin : Perempuan
Pendidikan : Perguruan tinggi
• PELAKSANAAN TES
Tanggal : 8 September 2008
Tempat : Prodi fakultas dakwah

BAUM TES

GAMBARAN UMUM TESTEE
a. Deskripsi testee tentang gambar
Testee memberi nama pohonnya dengan pohon mangga. Gambar pohon tidak disertai dengan akar dan buah sehingga pohan nampak sederhana sekali. Testee memberikan tambahan rumput pada gambarnya.

b. Sikap testee saat tes
Awalnya testee merasa kebingungan saat tester menyuruh menggambar. Ia berpikir cukup lama sampai akhirnya ia memutuskan untuk menggambar pohon mangga. Ia tampak ragu-ragu dalam menggambar karena ia tidak yakin akan menghasilkan gambar yang bagus. Sampai akhirnya jadilah sebuah pohon yang kemudian dinamakan pohon mangga.

INTERPRETASI
1. Interpretasi Formal
a. Lokasi gambar
 Cenderung ke kiri.
Tendensi :- ke arah aku (ego)
- Dipengaruhi oleh masa lampau
- Introvert
- Subjektivitas
- Terlalu menghubungkan segala sesuatu ke dalam dirinya
- Senang menimbang dirinya
- Sukar dipengaruhi
- Senang menyembunyikan masalah
b. Perbandingan akar, batang, dan mahkota
 Menitikberatkan pada stem (panjang sekali)
Tendensi :- Sangat intuitif
- Hidupnya terutama didasarkan pada a sadar
- Tertarik pada hal-hal yang nyata
- Perasaan/emosinya mudah bergarak, sensitive, sensualities, kurang kesadaran.
Negatifnya : belum masak, ada hambatan dalam perkembangan, infantil.
c. Ukuran gambar
 Sedang:
 Mampu menempatkan diri secara baik kepada lingkungan
d. Kualitas garis
 Tekanan garis:
 Cukup/sedang : yakin akan kemampuan diri
 Tipe garis :
 Discontinou :- kurang percaya diri
-hambatan dalam vitalitas
-keragu-raguan
e. Tahapan:
Testee menggambar dengan urutan : menggambar stem batang terlebih dahulu tanpa menggambar akar, diteruskan dengan menggambar dahan, kemudian menggambar mahkota (daun). Dan yang terakhir testee menambahkan rumput disertai dengan tanah pada gambarnya.

2. Interpretasi Isi
a. Gambar pohon tak disertai akar :
 Hal yang normal
b. Stem basis ke kiri dan ke kanan sama :
 Hambatan dalam perkembangan
 Kesukaran dalam belajar
 Mempunyai sifat yang lamban tapi pasti
c. Bentuk batang
 Terbuka ujungnya :
*Serba ingin tahu
*Tidak terang tujuannya
*Tidak dapat memutuskan sesuatu
*Tidak mau mengikat diri
*Daya cipta kurang
*Mudah marah
*Kurang stabil
*Sugestible
d. Mahkota
 Mahkota terpisah-pisah :
*Tendensi ragu-ragu dalam menghadapi realita
*Mudah mengingat perasaan orang lain
*Takut menyakiti hati orang lain
*Cenderung diplomatis
*Kurang memperlihatkan maksud yang sebenarnya
e. Dahan
 Dahan terbuka dan tersebar :
*Menjalankan banyak kegiatan tapi tidak menentu
*Tidak tetap cara kerjanya
*Mudah dipengaruhi
f. Dasar
 Pohon yang dikelilingi rumput :
*Kurang percaya pada diri sendiri
*Rasa tergantung
*Kurang diakui lingkungan

KESIMPULAN
Dari beberapa uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa kecenderungan sifat yang sering muncul pada diri testee yaitu testee termasuk individu yang introvert, egois, butuh perlindungan, subyektif, sukar dipengaruhi, senang menyembunyikan masalah, belum masak, kurang percaya diri dan mudah marah

DAM/DAP TES

GAMBARAN UMUM TESTEE
a. Deskripsi testee tentang gambar.
Testee menggambar seorang gadis muda yang berusia sekitar 20 tahun, lengkap dengan pakaian dan perhiasannya. Menurut testee gadis itu tidak sedang melakukan sesuatu tetapi ia hanya berdiri diam dan mematung.
b. Sikap testee saat tes
Sama seperti pada saat menggambar pohon, testee juga merasa kesulitan saat tester menyuruh menggambar orang. Testee tampak ragu-ragu saat ia mulai menggambar. Pada awalnya testee ingin menggambar orang yang sedang melakukan suatu aktivitas, tetapi karena testee tidak pandai menggambar, maka akhirnya jadilah gambar orang yang hanya berdiam diri (tidak melakukan sesuatu).

INTERPRETASI
1. Interpretasi Formal
a. Lokasi
 Lokasi gambar di tengah :
*Memiliki adaptasi yang cukup baik
*Bersifat egosentris
*Insecure dan rigrid
*Berusaha kontrol secara cermat
b. Perbandingan anggota tubuh
Sudah proporsional
c. Ukuran gambar
 Besar :
Indikasi : di dalam menghadapi tugas, individu cenderung :
*Agresif
*Cenderung ekspansif
d. Kualitas garis
 Garis tipis, patah dan tidak tetap :
*ketakutan, tidak aman
*tidak pasti

 Tekanan yang berubah-ubah :
*tidak stabil, impulsive, mudah frustasi
*histeris atau siklotimik
e. Tema gambar : “seorang gadis yang berdiri diam”
 Gambar lebih muda dibandingkan usia :
- Cenderung kurang dewasa
 Gambar terlihat sedih :
- Mudah stress
f. Gerakan
 Subyek menggambar orang seperti benda mati (tak ada gerak) :
Indikasi : - ada tendensi skizofrenia
- harus hati-hati di dalam interpretasi
- juga harus melihat tes proyeksi yang lain
g. Tahapan
Bagian awal yang digambar testee yaitu kepala. Kemudian bagaian didalam kepala seperti mata, alis, hidung dan mulut. Setelah itu testee mulai menggambar bagaian tubuh seperti leher, tangan, pinggang, dan kaki. Baru kemudian yang terakhir yaitu rambut dan accesoris, seperti pakaian, kancing baju, ikat pingggang, sepatu dan perhiasan.
h. Kesimetrisan
Gambar tidak simetris
i. Kesejajaran
 Gambar sejajar, dalam hal ini ditandai dengan adanya kancing baju dan ikat pinggang :
*kurang matang
*Inferior (kekurangan diri)
*Ketergantungan pada ibu

2. Interpretasi Isi
 Kepala
 Kepala agak besar:
o Ada kemungkinan gangguan organis (misal: orang sering sakit, kerusakan otak, kemunduran)
o Tendensi hipokondriasis
o Inteligensi kurang
o Pikirannya melayang (over) – pada paranoid
o Terlalu membanggakan intelek
o Aspirasi intelektuil (mungkin disertai grandiosity)
o Kurang masak dalam introspeksi atau fantasi
o Simtom-simtom somatic pada kepala
 Rambut
 Perhatian berlebihan pada rambut
*narcistis
*mungkin tendensi homoseks
 Alis
 Alis teratur :
*menghina = kesopanan
 Mata
 Lebar dan diberi tekanan :
*bermusuhan dan mengancam
*bersemangat, indikasi pamer terutama pada gadis
*homoseksual
*histeris egoistis
 Hidung
 Hidung berbentuk segitiga :
*semangat juang
*sexualitas infantil
 Mulut dan bibir
 Mulut tertutup/terkatup:
*menutup diri, tidak mau terbuka
*menolak ketergantungan
*menekan permusuhan
 Telinga
 Telinga yang tak digambar:
*cenderung infantil
 Dagu
 Dagu ditekankan :
*kompensasi ketidakpastian
*tidak bisa mengambil keputusan
*takut bertanggung jawab
 Leher
 Panjang dan tipis (tipis):
*kurang mampu mengontrol dorongan
*mungkin permusuhan
 Pundak
 Pundak tak seimbang dengan bagaian lain :
*ketidakseimbangan emosi
*konflik pada peran seksualnya
 Lengan
 Lengan yang kecil dan tipis :
*merasa lemah dan sia-sia/tidak berguna
*merasa tidak mampu mencapai hasil
 Tangan
 Tangan dengan jari-jari yang jelas :
*cenderung kearah paranoid
 Tubuh
 Sangat kecil :
*menghindari dorongan fisik
*perasaan inferior
*merasa kurang sehat/kuat
 Pakaian
 Pakaian digambar = normal
 Kancing baju
 Sangat jelas atau menonjol
*ketergantungan
*tidak pasti
 Ikat pinggang
 Ditekankan :
*kontrol kuat terhadap nafsu
 Pinggang
 Ditekankan :
*kecenderungan homoseksuil yang mungkin ditekan
*kontrol yang berlebihan
*mungkin kurang masak/infantile dalam psikoseksual pada pria

3. Kesimpulan
Dari interpretasi DAM tes di atas, kecenderungan sifat yang sering muncul pada testee adalah: egois, cenderung menutup diri, menekan permusuhan, tidak bisa mengambil keputusan, infantile dan inferior (kekurangn diri).

HTP TES

INTERPRETASI GLOBAL
a. Situasi gambar
 Rumah
o Pintu tertutup: Acceptance kurang
o Rumah bagus : Memberi penilaian yang menyenangkan terhadap figur ibu
 Orang
o Orang terletak jauh dari rumah dan pohon
- Individu jauh dari orang tua
- Daya abstraksi jelek
b. Letak gambar
 Gambar terletak di tengah dengan posisi kertas diagonal:
*Memiliki adaptasi yang cukup baik
*Bersifat egosentris
*Insecure dan rigrid
*Berusaha kontrol secara cermat

KESAN UMUM
a. Proporsional:
Gambar proporsional
b. Posisi
o Orang cenderung jauh dari gambar pohon dan rumah: jauh dari orang tua
c. Komposisi:
Tidak ada hubungan / komposisi yang buruk
d. Penyelesaian:
Semua gambar sudah selesai. Hal ini berarti individu menganggap penting baik dirinya maupun orang tua.

INTERPRETASI DETAIL
a. Rumah
 Rumah bagus:
o Ibu berperan dengan baik
o Persepsi anak terhadap ibu baik (positif)
 Rumah besar:
o Peranan ibu sebagai pelindung baik
 Rumah tertutup:
o Kurang adanya penerimaan dari ibu
b. Pohon
 Besar dan dominan :
o Ayah menunjukkan sikap otoriter, menguasai, galak, kurang memberi kesempatan
c. Orang
 Orang meninggalkan rumah atau pohon :
Adanya keinginan untuk meninggalkan kegiatan-kegiatan dari keluarga.

KESIMPULAN
Dari interpretasi di atas dapat disimpulkan adanya kecenderngun sifat yang ada pada diri testee yang berhubungan dengan keluarga diantaranya: testee merasa ingin meninggalkan kegiatan-kegiatan dari rumah. Hal ini bisa dilihat dari gambar orang yang sangat jauh dari pohon dan rumah. Mungkin ini karena sifat ayah yang terlalu otoriter, galak, dan kurang memberikan kesempatan kepada individu.

Tidak ada komentar: