Senin, 03 Oktober 2011

KH Abdullah Faqih Dirawat di RS



  • Senin, 3 Oktober 2011 | 08:01 WIB
  • Dibaca: 12,024
SURABAYA | SURYA - Pimpinan Pondok Pesantren (Ponpes) Langitan, Desa/Kecamatan Widang, Tuban, KH Abdullah Faqih, Minggu (2/10), dilarikan ke RS Graha Amerta Surabaya. Tokoh yang sangat disegani di kalangan Nahdlatul Ulama (NU) ini dikabarkan sakit karena kelelahan.
Berdasarkan penuturan beberapa kerabat dan juga santri yang ikut menemani ke RS, Kiai Faqih (68) dirujuk ke Graha Amerta, Minggu (2/10) siang. Sempat beredar kabar bahwa kiai khos ini terjatuh. Namun, pihak keluarga menyangkal kabar itu.
“Beliau kecapekan saja. Dalam satu dua hari ini memang kurang enak badan. Mungkin karena ini kan musim pancaroba,” tegas Gus Maksum, putra Kiai Faqih saat ditemui Surya, Minggu (3/10) sore.
Menurut Gus Maksum, sejak dirawat di RS kemarin siang, kondisi abahnya sudah terus membaik. Namun, ia menekankan bahwa yang terpenting adalah abahnya bisa beristirahat cukup. Karenanya, pengasuh Ponpes Langitan ini memohon maaf jika beberapa orang yang menjenguk, tidak bisa masuk ke ruangan.
”Kami ingin beliaunya tenang. Sejak masuk rumah sakit tadi kondisi beliau sudah membaik. Kami mewakili keluarga mohon doanya semoga kondisi beliau terus membaik,” jelas Gus Maksum.
Pantauan Surya, beberapa kerabat memang bergantian masuk di ruangan tempat Kiai Faqih dirawat. Sementara di luar ruangan, beberapa kerabat dan juga para santri Ponpes Langitan yang masih memakai sarung, berkumpul sembari mendoakan kesembuhan kiainya.
Tidak ketinggalan, kalangan politisi dari anggota DPRD Jatim dari Fraksi Partai Kebangkitan Nasional Ulama (PKNU) terlihat menjenguk. “Ini saya juga mau ke sana (jenguk). Saya sudah dikabari siang tadi, tetapi karena baru pulang dari luar kota jadi baru bisa jenguk sekarang,” ujar Anwar Sadad, Ketua Fraksi PKNU DPRD Jatim, saat dihubungi Surya, Minggu (2/10) malam.
Dikatakan Sadad, bagi keluarga besar PKNU, selain sebagai Rois Mustasyar (DPP) PKNU, Kiai Faqih juga dianggap sebagai sosok pengayom. Ini karena kiai yang pernah menimba ilmu di Makkah itu selalu bisa memberikan kesejukan bagi para pengurus partai. Menurut Sadad, kelebihan Kiai Faqih adalah pengetahuannya yang luas dan dalam, serta menjadikan Alquran dan Hadist sebagai referensi utama saat memberi arahan.
“Kami keluarga besar PKNU mendoakan kesembuhan beliau agar segera pulih dan kembali membimbing para anggota dan pengurus PKNU menghadapi pertarungan politik ke depan. Beliau selama ini jadi faktor paling dominan dalam membesarkan hati para pengurus, terutama setelah hasil di Pemilu 2009 yang tidak sesuai harapan,” sambung Sadad yang juga Wakil Ketua DPW PKNU Jatim.
Nama Kiai Faqih mencuat menjelang Sidang Umum MPR 1998, terutama berkaitan dengan pencalonan KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) sebagai presiden. Saat itu, di tubuh Nahdliyin terjadi perbedaan, ada yang mendukung pencalonan Gus Dur dan ada yang sebaliknya. Menghadapi situasi seperti itu, beberapa kiai sepuh NU mengadakan pertemuan di Langitan. Dari sinilah muncul istilah `Poros Langitan’, karena memang suara para kiai itu sangat berpengaruh kepada pencalonan Gus Dur.
Beberapa hari jelang pemilihan presiden, restu para kiai itu belum turun juga. Hingga Hasyim Muzadi (mantan ketum PBNU) datang menemui Gus Dur, membawa pesan Kiai Faqih. Pesannya kalau memang Gus Dur maju, ulama akan mendoakan. Begitu gembira mendengar restu itu, Gus Dur berdiri memeluk Hasyim Muzadi sembari meneteskan air mata.
Dengan isak tangis cucu pendiri NU KH Hasyim Asy’ari ini berkata, “Sampaikan salam hormat saya kepada Kiai (Faqih). Katakan, Abdurrahman sampai kapanpun tetap seorang santri yang patuh kepada ucapan kiai.”
Siapa sesungguhnya Kiai Faqih sehingga Gus Dur yang begitu dipuja orang-orang di NU itu begitu menghormatinya? Publik selama ini tidak banyak tahu, karena kiai yang mengasuh lebih dari 3.000 santri ini memang tidak suka publikasi. Yang jelas, Kiai Faqih dikenal punya wawasan dan kemampuan ilmu agama yang luas, memiliki laku atau daya spiritual yang tinggi, mampu mengeluarkan kalimat hikmah atau anjuran moral yang dipatuhi, dan jauh dari keinginan-keinginan duniawi.
Di mata Gus Dur, Kiai Faqih adalah seorang wali. “Namun, kewalian beliau bukan lewat thariqat atau tasawuf, justru karena kedalaman ilmu fiqihnya,” kata Gus Dur suatu ketika. Sementara di mata para santri, Kiai Faqih adalah tokoh yang sederhana, istiqomah, dan alim. Ia tak hanya pandai mengajar, melainkan menjadi teladan seluruh santri
 Sumber:  http://www.surya.co.id/2011/10/03/kh-abdullah-faqih-kelelahan-dirawat-di-rs