Setelah mempelajari teks-teks Al-Qur�an, Muhammad Abd Al-Aziz Al-Khalidi membagi obat (syifa) dengan dua bagian : Pertama, obat hissi, yaitu obat yang dapat menyembuhkan penyakit fisik, seperti berobat dengan air, madu, buah-buahan yang disebutkan dalam Al-Qur�an; kedua, obat ma�nawi, yaitu obat yang dapat menyembuhkan penyakit ruh dan kalbu manusia, seperti do�a-do�a dan isi kandungan dalam Al-Qur�an.
Pembagian dua kategori obat tersebut didasarkan atas asumsi bahwa dalam diri manusia terdapat dua substansi yang bergabung menjadi satu, yaitu jasmani dan ruhani. Masing-masing substansi ini memiliki sunnah (hukum) tersendiri yang berbeda satu dengan yang lain. Kelainan (penyakit) yang terjadi pada aspek jasmani harus ditempuh melalui sunnah pengobatan hissin, bukan dengan sunnah pengobatan ma�nawi seperti berdoa. Tanpa menempuh sunnahnya maka kelainan itu tidak akan sembuh. Permasalahan tersebut menjadi lain apabila yang mendapat kelainan itu kepribadian (tingkah laku) manusia91. Kepribadian merupakan produk fitrah nafsani (jasmani-ruhani). Aspek ruhani menjadi esensi kepribadian manusia, sedang aspek jasmani menjadi alat aktualisasi. Oleh karena kedudukan seperti ini maka kelainan kepribadian manusia tidak akan dapat disembuhkan dengan sunnah pengobatan hissi, melainkan dengan sunnah pengobatan ma�nawi. Demikian juga, kelainan jasmani seringkali disebabkan oleh kelainan ruhani dan cara pengobatannya pun harus dengan sunnah pengobatan ma�nawi pula.
Dokter sekaligus filosof Muslim yang pertama kali memfungsikan pengetahuan jiwa untuk pengobatan medis adalah Abu Bakar Muhammad Zakaria Al-Razi (864-925). Menurut Al-Razi, tugas seorang dokter di samping mengetahui kesehatan jasmani (al-thibb al-jasmani) dituntut juga mengetahui kesehatan jiwa (al-thibb al-ruhani). Hal ini untuk menjaga keseimbangan jiwa dalam melakukan aktivitas-aktivitasnya, supaya tidak terjadi keadaan yang minus atau berlebihan. Oleh karena konsep ini maka Al-Razi menyusun dua buku yang terkenal, yaitu althibb al-Manshuriyah (kesehatan al-Manshur) yang menjelaskan pengobatan jasmani, dan al-Thibb al-Ruhani (kesehatan mental) yang menerangkan pengobatan jiwa
Kutipan di atas menunjukkan urgensinya suatu pengetahuan tentang psikis. Pengetahuan psikis ini tidak sekadar berfungsi untuk memahami kepribadian manusia, tetapi juga untuk pengobatan penyakit jasmaniah dan ruhaniah. Banyak di antara penyakit jasmani seperti kelainan fungsi pernapasan, usus perut, dan sebagainya justru diakibatkan oleh kelainan jiwa manusia. Penyakit jiwa seperti stres, was-was, dengki, iri-hati, nifak, dan sebagainya seringkali menjadi penyebab utama penyakit jasmani. Ketika penyakit jiwa itu kambuh maka kondisi emosi seseorang labil dan tak terkendali. Kelabilan jiwa ini mempengaruhi syaraf dan fungsi organik, sehingga terjadi penyempitan di saluran pernapasan, atau penyempitan usus perut yang mengakibatkan penyakit jasmani.
Diskursus Kesehatan Mental (Mental Health) kontemporer telah menemukan suatu jenis penyakit yang disebut dengan psikosomatik (psychosomatic disorders). Penyakit ini ditandai dengan keluhan-keluhan dan kelainan-kelainan pada alat tubuh, misalnya jantung, alat pernapasan, saluran perut, kelamin dan sebagainya. Kelainan ini disebabkan oleh faktor emosional melalui syaraf-syaraf autonom. Kelainan emosional ini akan menimbulkan perubahan-perubahan struktur anatomik yang tidak dapat pulih kembali. Tanda-tAnda dari penyakit ini adalah jantung dirasakan berdebar-debar (palpitasi), denyut jantung tidak teratur (arrhythmia), pendek napas (shortnes of breath), kelesuhan yang amat hebat (fatique), pingsan (faiting), sukar tidur (insomnia), tidak bernafsu makan (anoxia nervosa), impotensi dan frigiditas pada alat kelamin. Diduga keras bahwa penyebab utama penyakit ini adalah perasaan resah dan kecemasan (anxiety).
Ibnu Qayyim Al-Jauziyah dalam �Ighatsah al-Lahfan� lebih spesifik membagi psikoterapi dalam dua kategori,yaitu tabi�iyyah dan syar�iyyah. Psikoterapi tabi�iyyah adalah pengobatan secara psikologis terhadap penyakityang gejalanya dapat diamati dan dirasakan oleh penderitanya dalam kondisi tertentu, seperti perasaankecemasan, kegelisahan, kesedihan, dan amarah. Penyembuhannya dengan cara menghilangkan sebabsebabnya. Psikoterapi syar�iyyah adalah pengobatan secara psikologis terhadap penyakit yang gejalanya tidak dapat diamati dan tidak dapat dirasakan oleh penderitanya dalam kondisi tertentu, tetapi ia benar-benar penyakit yang berbahaya, sebab dapat merusak kalbu seseorang, seperti penyakit yang ditimbulkan dari kebodohan, syubhat, keragu-raguan, dan syahwat. Pengobatannya adalah dengan penanaman syariah yang datangnya dari Tuhan. Hal itu dipahami dari QS. Al-An�am : 125 : �Barangsipa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. Dan barangsiapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki ke langit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman�.
Muhammad Mahmud Mahmud, seorang psikolog muslim ternama, membagi psikoterapi Islam dalam dua kategori; Pertama, bersifat duniawi, berupa pendekatan dan teknik-teknik pengobatan setelah memahami psikopatologi dalam kehidupan nyata; Kedua, bersifat ukhrawi, berupa bimbingan mengenai nilai-nilai moral, spiritual, dan agama.
Model psikoterapi yang pertama lebih banyak digunakan untuk penyembuhan dan pengobatan psikopatologi yang biasa menimpa pada sistem kehidupan duniawi manusia, seperti neurasthenia, hysteria, psychasthenia, schizophrenia92, Manic depressive psychosis, kelainan seks, paranoia, psychosomatik, dan sebagainya.
< KEMBALI
DEPAN
LANJUT >
note
90. NUANSA-NUANSA PSIKOLOGI ISLAM, Abdul Mujib, M.Ag & Jusuf Mudzakir, M. Si, Divisi Buku Perguruan Tinggi PT Raja Grafindo Persada
91. Kelainan kepribadian (personality disorder) adalah seperti : (1) paranoid, yaitu tidak dapat mengendalikan perasaan, seperti cemburu, dengki, iri-hati, curiga, sikap bermusuhan; (2) schizoid, yaitu kepribadian menarik diri dari dunia ramai, mengurung diri, dan sulit mengekspresikan impulsive agresifnya; (3) eksploisif, yaitu kepribadian suka meledak; (4) histerik, yaitu kepribadian yang terlalu sedih yang ditandai dengan isakan tangis, atau terlalu gembira yang ditAndai dengan tawa terbahak-bahak; (5) kepribadian anti sosial.
92. Sebuah lantai tampak penuh coretan rumus matematika rumit. Seorang pria dengan wajah tertunduk, terpaku pada rumus-rumus itu. Berkat kejeniusannya, William Parcher seorang agen penting pemerintah AS mempercayakan Jhon Nash untuk memecahkan kode-kode rahasia yang berkaitan dengan intelijen negara. Langkah ini membuat Nash terlibat dalam konspirasi dan propaganda perang dingin antara Amerika Serikat (AS) melawan Uni Soviet (Rusia). Alhasil, Jhon Nash, pengajar di Massachuset Institut of Technology sibuk berkutat dengan teori-teori sambil mengurung diri di kamarnya yang penuh dengan coretan-coretan.
Belakangan diketahui bahwa pekerjaan Nash untuk kegiatan intelijen ternyata ilusi belaka. Dia menderita skizofrenia. Meski akhirnya bisa kembali ke rumah dan berkumpul bersama keluarganya, Nash tidak pernah sembuh total. Namun dukungan istri dan teman-temannya membuat dia behasil melawan ilusi-ilusi agen-agen intelijen. Nash terus berusaha mengendalikan diri dan berdamai dengan ilusinya. Kemudian, kejeniusannya mengantarkan hadiah nobel yang diterima pada tahun 1994. perjuangan Nash dituangkan dalam film A Beautiful Mind.
Di dunia ini banyak Nash-Nash lain yang terus berjuang keluar dari kungkungan penyakit kejiwaan skizofrenia. Jumlahnya diperkirakan sekitar 1 % dari seluruh penduduk dunia. Sedangkan di Indonesia, sekitar 1 %hingga 2 % dari total jumlah penduduk. Mungkin tidak terlalu besar, namun jumlah penderita skizofrenia di dunia terus bertambah. Masalahnya banyak keluarga yang belum mengerti benar apa itu skizofrenia. Ketidakmengertian itu melahirkan jalan pintas. Rata-rata memasukkan kerabatnya ke rumah sakit jiwa. Padahal penyakit ini bisa dikendalikan. Dengan kemauan diri yang keras dan dukungan keluarga, penderitanya bisa hidup normal. Sumber: Internet
Pada awal tahun 1950-an, dua orang dokter Kanada, Abram Hoffer dan Humphrey Osmond, mengobati penderita skkizofrenia denganmenggunakan niasin (vitamin B-3 -dari penyusun) dalam dosis tinggi. Pada tahun 1962 mereka melaporkan bahwa suatu eksperimen terkendali jangka panjang terhadap 82 penderita menunjukkan bahwa �megadosis� niasin telah berhasil menghilangkan gejala-gejala skizofrenia. Dengan demikian mulailah terapi �megavitamin� terhadap kelainan mental. Sumber : Ilmu Pengetahuan Populer jilid 8 (Grolier International, Inc) � tambahan dari penyusun
Tidak ada komentar:
Posting Komentar