Rabu, 13 Juli 2011

Antara Kopi Luwak dan Pelacur

Sebagai pemakan tumbuh-tumbuhan, buah-buahan, dan bunga-bungaan, luwak (viverridae) merupakan binatang yang pandai memilih makanan. Ia selalu makan biji kopi yang baik dan matang. Biji kopi itu lalu mengalami proses fermentasi dalam pencernaannya. Itulah yang membuat rasa kopi ini berbeda.

Aromanya lebih harum serta ada rasa pahit dan getir asam yang lebih khas dan spesial. Jadi, kopi luwak yang terkenal nikmat dan mahal tersebut sebenarnya berasal dari tumpukan kotoran.

Kotoran, secara kasat mata memang kotor dan menjijikkan. Namun, dalam kehidupan nyata, tak semua yang terlihat kotor dan menjijikkan itu memang begitu adanya. Pelacur misalnya.

Belajar Ar-Roja’ dari Pelacur

Pelacur, bak pedang bermata dua: dicinta dan dicerca. Mendengar namanya saja bagi sebagian orang sudah membuat jijik dan muak, namun buat sebagian lagi mereka adalah teman sesaat sebagai penghibur hati yang duka. Walau dengan segala upaya telah dilakukan untuk memberangusnya, namun profesi tertua di bumi ini masih tetap saja ada.

Pelacur adalah contoh gamblang para pendosa, simbol neraka yang kerap diucapkan oleh para ulama, sosok yang keberadaannya mengundang kecaman warga. Pendek kata ia adalah musuh utama masyarakat beragama.

Tapi, apakah memang sebegitu mulianyakah kita sehingga merasa berhak merendahkan mereka? Seakan kitalah pemilik surga yang bisa memasukkan penzina itu ke neraka. Kalau anda berpendapat demikian, maka saya akan mengajak Anda melihatnya dari sisi yang berbeda. Perjalanan hidup terkadang memang aneh, justru dari pelacur hina itulah saya mendapat pelajaran berharga tentang arti sebuah asa.

Pada suatu kesempatan wawancara, seorang pelacur ditanya, “Apakah mbak tidak ingin meninggalkan kehidupan seperti ini dengan hidup normal dan membina sebuah keluarga?“ pelacur tersebut menjawab “Justru karena saya ingin punya suami, maka setiap melayani tamu saya berdoa kepada Gusti Allah agar tamu tersebut senang kepada saya dan kelak menjadi suami saya!”

Jawaban yang luar biasa. Bayangkan, dalam keadaan berzina saja ia berdoa! Asa, harapan atau Roja’ (dalam terminologi Islam) bukan hanya sekadar kata yang diucapkan, namun oleh pelacur tersebut Roja’ sudah menjadi bagian dari hidupnya sendiri.

Resiliensi anak di lingkungan Prostitusi DOLLY

A. LAMPIRAN FIELD NOTE
1. No / Kode : CHW & CHO/01
Hari / Tanggal : Jumat 27 mei 2011
Waktu : Pukul 15:45 - 17:00 WIB
Tempat : Rumah Baca Kawan Kami, jalan Putat Jaya gang II B
Informan: 1. KRN
: WK RT
Sore hari ba`da ashar sekitar pukul 15.30 WIB. dari tempat penginapan widya kartika yout hostel semua teman sekelas berjalan masing-masing untuk melakaukan penelususran pertama kali di kawasan Wisata di daerah putat jaya, dimulai dari tempat mneginap yaknia di daerah dukung kupang Timur gang XIII,sekitar 1 jam sebelum berangkat untuk menyusur semua berkumpul bersama untuk membahas yang nanti dilakukan dalam penelusuran semacam briefing ketika hendak akan melakukan kerja begitu.suasana agak redup panorama sore hari matahari pun masih terlihat di ufuk sebelah barat sana , masih menyinarkan cahaya namun tak menyengatkan badan, lalu larang kendaraan roda dua dan jarang –jarang juga terlihat kendaraan pribadi roda empat turut menambah keberagaman suasana soere itu. Langkah demi langkah terayun-ayun kan untuk menyisir, berkeliling di daerah putat jaya, ada yang menuju Taman Baca kawan kami, sebagaian lagi menuju ke gang-gang untuk mencari keberadaan lembaga pendidikan, seperti TPQ, madarasah Diniyah, sore itu awalnya langkah kaki ini hendak menuju ke TPQ,namun ketika hari itu sebagian teman kami yang telah kesana menjumpai bahwa TPQ dan Madrasah Diniyah tersebut hari ini tidak buka alias libur kegiatan belajar mengajarnya. Oleh karena itu langkah kaki ini terus menyusur, menyisir jalanan Putat jaya lebar yang ramai dan macet akan lalu lalang kendaraan yang semakin memadati jalanan aspal yang hanya memilki lebar kurang lebih 2,5 m itu. Tepat di perempatan putat jaya lebar dibawah gerbang yang bertuliskan Putat Jaya Lebar B yang didepannya atau tepat berhadapan gerbang yang memilki bentuk yang hampir sama dengan bertuliskan putat Jaya Lebar A. berhenti sejenak untuk melihat situasi dan kondisi yang semakin sore semakin ramai dengan kendaraan yang lalu lalang kesana kemari memadati jalanan.maka kami putuskan untuk menuju ke Taman Baca Kawan Kami. Kondisi dan situasi taman baca berada di pintu masuk gang sebelah kiri jalan,meskipun bising akan tetapi situasi nyaman taman baca adalah rumah berukuran sedang dengan dinding tembok dan lantai plesteran ditutup dengan karpet warna hijau, terdiri dari satu ruangan yang berfungsi sebagai perpustakaan sekaligus tempat membaca dan belajar. Buku-buku tertata rapi di rak-rak kayu berukuran sedang, ada sekitar empat rak dan buku-buku lain masih berada pada tumpukan kardus , ada sekitar 20 kardus berisi buku yang belum mendapat tempat, disana juga terdapat gambar-gambar dinding yang dipasang berjajar rapi seperti gambar huruf, buah,angka, tata cara wudhu, sholat, kosa kata b.inggris dan huruf kaligrafi, disana hanya terdapat sebuah meja panjang dengan empat kursi sebagai tempat daftar peminjaman buku yang dibawahi atau dikelola oleh seorang pengelola Pak kartono (KRN) yang sekaligus perintis pertama didirikannya Taman Baca Kawan Kami tersebut.
Pukul 15.45 WIB suasana gang II B putat jaya mulai ramai, musik-musik dari wisma sudah mulai terdengar akan tetapi irama musik tidak terlalu bising karena taman baca berada persis disamping pintu masuk gang dengan letak yang setrategis taman baca mudah untuk dikunjungi berbagai kalangan mulai dari anak-anak sampai orang dewasa. Menurut KRT yang bertugas sebagai pengelola taman baca tempat itu buka mulai pukul 08:00-23:00 WIB serta menyediakan lebih dari 700 buku dalam berbagai Judul mulai dari buku cerita,fiktif, non fiktif dan sebagainya ada disana,taman baca ramai dikunjungi anak-anak pada hari minggu, taman baca tidak hanya menyediakan buku-buku akan tetapi disana juga diadakan kegiatan-kegiatan seperti: bimbel, belajar rebana, belajar baca tulis,Puisi belajar membuat karya seni dengan kegiatan-kegiatan tersebut diharapkan akan mampu menumbuhkan kesadaran akan pentingnya belajar terutama dalam hal membaca bagi anak-anak secara bertahap , dengan kegiatan tersebut diharapkan anak-anak dapat melewati masa-masa belajarnya dengan maksimal, karena hidup didaerah lokalisasi tanpa disadari atau tidak adalah merupakan sebuah keterpaksaan dan dalam hal ini anak adalah merupakan salah satu pihak yang paling dirugikan, karena seandainya mereka tidak terlahir sebagai anak PSK, atau keluarga biasa yang tinggal di lingkungan lokalisasi, maka mereka tidak akan hidup di lingkungan yang penuh dengan keramaian dan hal-hal negatif lainnya yang pasti berpengaruh terhadap pertumbuhan anak baik secara psikis,maupun kesehatan karena kondisi yang memperihatinkan itu akhirnnya banyak LSM, lembaga pendidikan, TPQ, Madrasah Diniyah, sekolah berbasis keagamaan maupun tempat peribadatan sebagai penyeimbang sekaligus sarana pembelajaran bagi anak-anak agar mereka tidak mudah terpengaruh dengan lngkungan yang ada. Meskipun berada pada lingkungan yang cenderung negatif sebagian anak – anak bisa diibilang mempunyai semangat belajar yang tinggi hal ini dapat dilihat dari sikap antusias anak-anak terhadap berbagai kegiatan yang ada, apalagi ketika kebetulan ada mahasiswa yang kebetulan penelitian didaerah sini anak-anak akan cepat beradaptasi, tapi sebelumnya harus dibri stimulus dulu seperti diajak menggambar, mewarna atau kegiatan menarik lainnya.
Menurut WK RT (wakil Ketua RT) Orang-orang yang tinggal didaerah ini mayoritas adalah pendatang dari berbagai kota dan mayoritas dari mereka berprofesi sebagai psk, meskipun tidak sedikit juga yang berasal dari keluarga biasa, keberadaan tempat lokalisasi secara langsung maupun tidak berdampak positif sekaligus negativ. Dampak positif terutama pada aspek perekonomian, dengan adanya lokalisasi keuntungan bukan hanya pada psk dan mami akan tetapi warga juga ikut menikmati hasilnya, dengan adanya lokalisaai warga bannyak yang membuka warung, toko, kios jamu, salon, bahkan tukang taksi juga ikut kecipratan untungnya karena banyak pengguna layanan menengah keatas yang menggunakan taksi sebagai alat transportasi yakni agar tidak mudah untuk di deteksi oleh Begitu juga seperti yang kita ketahui bersama pemasukan terbesar negara salah satunya adalah dari lokalisasi dolly, karena itu meskipun banyak mabungaorotnya akan tetapi warga tetap keberatan jika lokalisasi ditutup.apalagi bagi pihak-piihak terkait, karena itu sebagai antisipasi banyak LSM yang memberdayakan pelatihan untuk mengasah skill para psk seperti kursus jahit salon dan sebagainya.sehingga nantinya ketika lokalisasi ini ditutup mereka telah siap. Selain itu dengan adanya lokalisasi mempermudah pemerintah untuk mengetahui dan mengontrol psk yang ada, para psk diharuskan untuk mengikuti cek kesehatan yang diselenggarakan oleh pemkot setiap satu bulan sekali untuk mengantisipasi penyebaran virus HIV/AIDS serta kesehatan reproduksi lainya. Selain itu dampak negatif muncul terutama dalam masalah anak bamyak anak-anak hasil hubungan yang tidak diakui oleh orang tuanya,ada juga yang dititipkan ke orang lain, bahkan ada yang dipaksa kerja seperti meminta-minta didaerah sini oleh orang tuanya biasanya mereka mulai berada di jalan sekitar pukul 17.00 sampai jam 2 dini hari kebanyakan dari mereka hanya lulus SD bahkan ada yang sama sekali tidak mengenyam bangku sekolah, tokoh masyarakat sudah berkali-kali menegur akan tetapi hasilnya nihil. Tidak sedikit juga psk yang merawat anaknya dengan baik meskipun kehadirannya tidak di inginkan tapi meereka sadar kalau anak adalah merupakan anugrah yang harus dijaga dengan baik, banyak anak-anak psk yang disekolahkan disekolah berbasis keagamaan, mengaji di TPQ bungal, bahkan para psk juga sering mengikuti tahlil warga yang biasa dilaksanakan malam jumat pon ada juga majlis taklim khusus untuk para psk biasanya dilaksanakan rutin satu bulan dua kali

2. No / Kode : CHO/02
Hari / Tanggal : Jumat 27 mei 2011
Waktu : Pukul 20:15 - 00:00 WIB
Tempat : kawasan sekitar Lokalisasi Dolly Putat Jaya Surabaya
Informan :
Malam sudah menjelang keadaan sudah sangat berubah pada saat di jalanan Umum yang penuh sesak dipenuhi orang, baik yang berjalan ataupun yang naik kendaraan roda dua atau juga roda empat. terdapat beberapa tempat karaoke dan wisma-wisma yang sedang beroprasi. Yang mana di depan wisma terdapat beberapa perempuan-perempuan yang mengenakan baju minim dan ketat sekali yang rata-rata berusia sekitar 30-40 tahun., penulis yang sedang berjalan bersama dengan 4 teman penulis yang lain. Melihat kiri kanan jalan sebagian rumah yang bertuliskan “Anggota TNI dilarang masuk” itu berkaca lebar seperti Akuarium banyak aww-aww yang sedang duduk santai yang ditemani sebatang rokok ditanganya yang lagi sedang menunggu pria-pria hidung belang yang mau menikmati kenikmatan duniawi. Ada juga banyak pedagang kaki lima dikanan kiri samping jalan yang diantaranya ada penjual, bakso, soto maupun penjual nasi goring, makanan ringan, gorengan, Kios-kios penjual barang kebutuhan sehari-hari.serta warung-warung kopi yang bertebaran disana.langkah terus merajut menyisir nelusur Dukuh Kupang Timur, Putat jaya, Jarak, Girilaya, Banyu Urip Kulon hingga sampailah di kawasan Kembang Kuning.



3.No / Kode : CHO & CHW/03
Hari / Tanggal : Jumat 27 mei 2011
Waktu : Pukul 22.10 - 00:00 WIB
Tempat : Makam Kristen Kembang Kuning Surabaya
Informan : Pak Urip (Nama samaran) pengunjung warung kopi
Situasi dan Kondisi :
Di malam yang dingin penulis sedang mencari warung untuk mencari kopi karena itu adalah kebiasaan penulis. di warung tersebut di jaga oleh seorang pria yang kira-kira berumur 45 tahunan namanya pak urip. penulis berbincang-bincang dengan si pengunjung warkop dengan di temani secangkir kopi, menurut pak urip warga pendatang yang sudah hampir 40 tahun menetap di banyu urip, keberadaan tempat lokalisasi dolly,jarak dan kembang kuning menjadikan persaingan khususnya bagi psk dan mami, tapi sudah tidak diragukan lagi dolly adalah lokalisasi paling berkelas dibanding dengan lokalisasi lain.sehingga dalam masalah tarif sudah sangat berbeda.
Menurut pak Urip anak-anak yang tinggal disana masih bisa melewati masa kanak-kanaknya dengan baik, mereka tetep bermain bersekolah layaknya anak-anak lain, namun biasanya ketika remaja banyak yang mengikuti jejak orang tuanya sebagai psk, nyari kerja sekarang susah itu mungkin yang membuat remaja tidak berpikir panjang dan akhirnya ikut terjun ke dunia hitam. faktor lain juga mungkin karena mereka terlalu sering bergaul dengan para psk hingga tanpa sadar mereka ikut terseret ke dunia hitam juga.
Jadi kalau masih anak-anak meskipun hidup didaerah seperti ini kebanyakan dari mereka tidak terpengaruh,karena anak-anak masih belum begitu faham apa dan bagaimana lingkungan ini, lha pas remaja itu mulai timbul pada diri mereka sehingga ada yang memutuskan bekerja diluar daerah agar tidak terpengaruh, dan ada juga yang malah ikut terjun ke dunia hitam. Keberadaan tempat lokalisasi disini banyak menguntungkan warga, karena tempat ini banyak orang-orang jualan, meskipun sebenarnya terganggu tapi warga bisa menerima itu,toh mereka juga ikut merasakan hasilnya, ditempat ini biasanya yang mangkal ibu-ibu paruh baya atau banyak juga yang waria
Pukul 00: 15 - 02:00 WIB
Berjalan di jalanan dalam makam kira-kira 20 meter dari arah gerbang makam.langkah kaki terhenti, sebab Bertemu dengan ibu-ibu tua yang sedang asyik duduk-duk diatas makam yang berpagar besi, sembari member makan kucing-kucing, kucing-kucing itu gemuk-gemuk dan mulus, nampak dari jalanan. kami amati dan akhirnya sang ibu itu tahu kalau kita sedang mengamatinya kemudian kami dipanggil sang ibu dengan lambaian tangannya, kami pun mendekat dan ikut duduk didekatnya, berbincang-bincang dengannya dari obrolan itu kami memperolah keterangan dari sang ibu bahwa sang ibu ini setiap hari memebri makan kucing tersebut dengan nasi yang dicampur dengan ikan bandeng. dan sehari menghabiskan 25 Kg ikan katanya, dan anehnya ketika kami tanya kecing-kucing itu tidak dijualnya, akan tetapi dia hanya memeliharanya dengan member makan dan setelahnya di lepas secara liar di area pemakaman itu. arah jarum jam telah menunjuk pada angka 02:00 WIB akhirnya penulis dan kawan-kawan memutuskan untuk kembali kepenginapan (Widya Kartika Youth Hostel) karna sudah capek berkeliling di area lokasi.
4. No/Kode: CHW & CHO/04
Hari/tgl:Sabtu, 28 Mei 2011
Waktu: 08.00-12.00 WIB
Tempat: Rumah Baca Kawan Kami putat jaya gang IA
Informan: Bunga (subjek) dan KRN (pak kartono pemilik Taman Baca)
Kondisi dan situasi: ketika subjek bermain kertas lipat bersama beberapa teman dan penulis
pukul 08.15 di jalan Putat jaya Lebar gang 2A, berjarak beberapa meter dari pintu gerbang masuk gang tersebut di sebelah kanan jalan terdapat warung kopi, kemudian beberapa tempat karaoke, salon dan sebagainya, dan yang paling mengesankan di tempat ini Terdapat sebuah taman bacaan atau perpustakaan umum yang bernama “Taman Baca Kawan Kami”. Jika kiata menyusuri jalanan gang tersebut, dikanan kiri jalan terdapat rumah-rumah penduduk ada yang bertuliskan “Rumah Tangga” dan ada yang didepan pintunya terpasang plat bertuliskan “Anggota TNI dilarang masuk ditempat ini”. Dan ada juga toko atau kios-kios kecil yang terlihat dari jalanan terdapat kotak yang terbuat dari kaca dengan rak-rak yang menjajakan rokok,sabun bedak dan aneka ragam kebutuhan hidup sehari-hari , kami terus berjalan menyisir selang beberapa menit sampailah kami di Taman baca kawan kami tersebut, suasana masih terlihat sepi disana, hanya menemui penjaganya seorang wanita muda. Menyambut kedatangan kami dengan penuh keakraban. Dan selang beberapa menit kemudian muncul pak kartono pemilik rumah baca yang habis cangkruk dari warkop di sebelah pintu gerbang gang tadi, sebab sebelumnya pak krtono kami jumpai disana sedang asyik menikmati secangkir kopi dan beliau menyuruh kami untuk langsung menuju kerumah bacanya duluan. Pak kartono pun masuk kerumah dan menyambut kami dengan ramah dan akrab. beliau langsung menyalakan kipas angin yang sejak tadi mati, dengan berkata” gerah begini kok ndak sampean nyalakan kipas anginnya tho mas, Mbak-mbak”. Diruangan yang berdiameter kurang lebih 4x5 meter ini kami mengobrol dsantai dengan sang pemilik yang sekaligus pendirinya. Selama beberapa menit dengan selingan gurau,canda tawa, asyik dalam kebersamaan. disela-sela sedang asyik bercengkrama dan bercanda ada seorang gadis kecil yang masih mengenakan seragam sekolah (memakai kaos olah raga warna hijau tua dan celana yang panjang, dipadu dengan kerudung putih yang terdapat logo kecil dan bertuliskan SD Bahrul Ulum) berjalan lewat didepan rumah baca ini, hendak masuk ke rumah berjendela kuning,dipanggillah sang gadis kecil itu oleh pak kartono. “ bunga.. kesini bunga. Ayo main kesini.ni ada mas-mas dan mbak-mbak yang mau berkenalan dengan bunga. Setelah dipanggil oleh pemilik taman baca, gadis kecil tadipun masuk dan menghampiri kami namun dia hanya terdiam membisu dan bersandar dipintu rumah, dengan postur tubuh tersipu malu. Setelah disapa gadis belia ini menjawab dan menyebutkan namanya dengan lengkap obrolan kami dengan gadis belia ini terus belanjut sembari selingan guyonan canda tawa bersama. Setelah itu datang lagi 4 anak-anak 2 laki-laki dan dua lagi perempuan yang kesemuanya seusia dengan bunga tadi namun mereka tak berseragam dan kami pun mencoba ,mendekati mereka dengan mengajak berkenalan , awalnya kami canggung sebab mereka tampaknya malu-malu, agak takut melihat kami yang belum dikenal sebelumnya, dan mereka juga mencoba menghindar dari kami setelah berkenalan dengan mereka satu persatu dan mengajak mereka bermain, mereka banyak yang menolak, sulit untuk diajak berkomunikasi setelah kami mencoba memberinya stimulus pun respon mereka kurang antusias, dan pergilah aku dan nayla ke toko untuk membeli kertas origami.dan kembali ke taman baca menghampiri mereka, sembari asyik bermain kertas lipat tersebut ku coba untuk interview bertanya-tanya lebih spesifik mengenai profil identitas gadis yang bernama bunga tadi, tentang kondisi dan keadaan keluarganya,pendidikannya dan sebagainya secara lebih eksplisit. Bunga nama lengkapnya sintia bunga veronica awalnya sulit untuk diajak diajak berkomunikasi dan belajar, memang agak pendiam dan sedikit introvert,setelah diberi stimulus ia tanggap dalam merespon.dan ternyata mudah diajari terutama dalam bidang spasial menyusun dan membuat aneka kerajinan tangan. Ketika di tanya pun ia memang suka dengan main-mainan melipat kertas dan dirumahnya pun ia sering main-main sendiri memainkan aneka ragam mainan kertas lipat, seperti puzzle, dan di dalam Rumah Baca tersebut penulis sembari mencari tahu identitas bunga, kemudian penulis dan bunga menuju kerumah berjendela kuning di samping kanan Karaoke Bayu Biru itu menemui kakak Bunga yang tadi diceritakan oleh bunga, dirumah tersebut berbincang sebentar, tanya identitas sang kakak dan mengorek sedikit keterangan tentang Bunga keluarganya kemudian akhirnya membuat kesepakatan bahwa saya ingin berkunjung ke rumah beliau nya,
5. No/Kode: CHW & CHO 05
Hari/tanggal : Sabtu, 28 Mei 2011
Waktu : Pukul 20.05 - 22.00 WIB
Tempat : Rumah Bunga (Kembang Kuning Kulon Besar B no 24 A)
Informan : ibu bunga (subjek) dan Mas ranu (nama samaran) Ayah angkat Bunga
Kondisi dan situasi: ketika subjek bermain kertas lipat bersama beberapa teman dan penulis

Sehabis perjalanan dari daerah Siwalankerto, ditengah perjalanan hendak kembali ke widya kartika yout hostel tempat menginap bersama kawan-kawan sekelas, ketika itu Pukul 20.14. teringatku akan nama bunga gadis kecil yang baru kenal siang hari tadi di taman baca kawan kami dengan begitu akrab, dengan segera ku mencari tepatnya dimana rumah gadis kecil itu, sebab siang tadi juga penulis telah dapatkan alamatnya secara detail lengkap dari nya dan kakaknya “Bunga ” yang siang tadi saling bertemu dirumah yang ada di depan taman baca kawan kami, yakni dirumah berjendela kuning sebelah tempat karaoke banyu biru. arah jarum jam menujukkan pukul 20.15 WIB. Dari arah masjid Rahmat Kembang Kuning masuk jalanan belok kanan lurus terus sampai ada perempatan disis kanan jalan ada gerbang beratap warbna biru bertuliskan RT 03 RW VI (tulisan berwarna kuning cerah), kemudian dibawahnya ada papan putih agak kecil tergantung di atas tepat sela-sela 2 tiang gerbang tersebut,papan itu bertuliskan Kembang Kuning Kulon Besar. Dikiri jalan sebelum melewati gerbang tersebut tertancap pamflet kecil yang terbuat dari papan kayu bertuliskan Warnet QQ: pengetikan,Digital print (±100 M), setelah memasuki pintu gerbang, terdapat jembatan kecil berpagar besi dengan cat warna kuning di kanan kirinya lurus masuk melintasi jembatan maka sampailah di pemukiman penduduk, jika berjalan lurus terus akan sampai di pertigaan, kemudian belok kanan berjarak satu rumah ada jalanan menuju gang kecil (disamping kanan jalanan itu) terdapat papan dengan bertuluskan angka 24. sampailah kita di rumah gadis belia yang memiliki nama panggilan Bunga tersebut Berlokasi tepat diruang tamu rumahnya bunga dikawasan kembang kuning. Lebih tepatnya di daerah kembang kuning kulon besar B no 24 A interview dengan keluarganya bunga berlangsung. Rumah bunga terletak dikawasan pemukiman yang padat penduduk, tepat dilorong gang kalau dari arah masjid kembang kuning kira-kira berjarak 200 meteran. Arahnya lurus ketimur lalu belok kanan memasuki gerbang bertuliskan kembang kuning kulon besar. Gerbang tersebut jalannya agak menanjak kalau mau menuju kerumah bunga jalan terus lurus, kemudian belok ke kanan, ada tiga rumah berjajaran dan rumah deretan ke empat disebelah kanan jalan tersebut ada rumah kecil, berjendela kuning rumah tersebut nampak kecil nan mungil pintunya terlihat sudah rusak, dari bahan kayu yang sudah karatan, rumah ini memiliki ukuran luas ± 6x7 M, dengan ruang tamu yang ukup kecil pula, ± 3x2 M. diruang tamu ini tidak terdapat meja maupun kursi yang terlihat hanya beralaskan lantai berkramik putih sebagai tempat duduk untuk menyambut atau menemui tamu yang berkunjung, namun tepat disamping jendela terlihat meja atau rak tempat menaruh TV dan DVD sebagai hiburan sekeluarga, dinding sebagai penyekat antar ruanganya pun hanya terbuat dari triplek bukan dari tembok batu bata dan semen. didinding tersebut tertempel foto-foto keluarga, nampak ada foto bapak-bapak tua yang sudah nampak terlihat lusuh sekali fotonya, kemudian foto pemuda yang mengenakan toga,kemudian seorang bayi yang dalam foto berpose dengan posisi tubuh tengkurap layaknya abri yang sedang merangkak dalam latihan tempur. Bayi tersebut terlihat mungil nan menggemaskan. Kemudian disudut pojok kanan rumah terdapat tumpukan kotak nasi kosong yang tertata rapi menjulang tinggi hampir keatap rumah. di dinding tengah sebagai penyekat antar ruangan terdapat semacam terowongan yang digunakan sebagai penghubung layaknya pintu namun hanya ditutup dengan kain kelambu bermotif bunga-bungaan, jika tersingkap angin kain kelambu tersebut nampak disebelah kiri ada kulkas kecil mungil yang terbuka dan terlihat didalamnya terdapat beraneka ragam minuman, makanan dan buah-buahan yang nampak segar.. Ibu bunga menyambut kedatangan penulis dikediamannya dengan penuh keramah tamahan, keluarga ini memperlakukan tamu layaknya seorang raja baru datang dan langsung dipersilahkan duduk dan berbincang akrab beberapa menit berlalu kami berbincang tanya-tanya , lalu sang ibu pun sembari berdiri hendak berjalan berkata “ saya tinggal sebentar Ya mas”. “Oh inggih buk “, spontan jawab penulis dengan singkat sembari tersenyum, tak berapa lama kemudian sang ibu tadi kembali dari dalam rumah dan menuju ruang tamu menemui penulis dengan membawa tiga botol teh dingin, dan langsung menyuguhkannya, ” monggo mas di pun Unjuk” , ucapnya dalam bahasa jawa dengan lirih nan halus, sembari menaruh sebotol teh dingin tepat dihadapan tempat penulis duduk. “ oh inggih buk matur nuhun..”. Jawab penulis dengan nada suara halus menirukan beliaunya.dan kembali duduk lesehan berbincang-bincang santai lagi dalam perbincangan itu penulis mengajkan beberaapa pertanyaan diantara kutipannya adalah
Peneliti menayakan “ibu bisa sejarahnya bunga bu ketika lahir hingga sekarang”, ibu Bunga bercerita tentang sejarah Bunga “baiklah, anak saya itu semua lahir disini juga besar disini, Bunga lahir tanggal 29 April 2003, saat itu diasuh oleh kakeknya itu (sambil menunjuk kearah foto yang tertempel di dinding), sejak kecil dia tidak ada kelainan apa-apa wajar-wajar saja hampir sama dengan anak yang lainnya yaaa sakit mungkin badan panas atau batuk pilek, pokoknya sakit biasa-bisaa saja mas, untuk pendidikannya dia sekolah TK di rahmat dekatnya masjid kembang kuning, jalan Khairil Anwar terus sekolah di SD Bahrul Ulum Putat itu, sekarang dia kelas 2, “dia itu pintar loo mas,di sekolah dapat rangking kemarin rangking dua, kemudian ia juga disukai oleh gurunya disekolah itu terutama guru bahasa indonesianya karna bunga ini sering maju jika sang guru memberi tugas atau menyuruh murid-muridnya membaca puisi,dan pelajaran yang paling disukainya itu bahasa indonesia kemudian matematika itu dirumah sering ia buka buku-bukunya. Bunga ini senang dengan mainan-mainan yang susun- menyusun, bongkar-pasang itu lho ,seperti puzzle dan sebagainya. Dalam tekhnologi ia juga cukup gampang diajari dan sudah cukup menguasai seperti mengunakan HP (ekspresi : alis diwajahnya terangkat) bisa telepon, sms-an, main game dan internet pun juga bisa”, Ibu Bunga menambahi “saya aja lah mas, saya itu mengunakan HP ,tidak sepintar dia,apalagi internetan hehehe dan kakak Bunga menambahi pembicaraan ibu Bunga “iyaaa mas, jadi saya kalau nonton TV yaa ngikut aja, itu menurut saya yang bagus itu sepeti itu sebab langsung buyar jadi nggak penasaran lagi”. Untuk merilekskan situasi ada pertanyaan diluar konteks, betanya tentang kesukaan acara sang ibu Bunga, dan ibu Bunga menjawab “saya suka sinetron mas, kan sudah jam belajar Bunga, bisanya dia ngajak teman-temannya main kesini, belajar bersama, bermain bersama juga di sini, enak mas, saya bisa mengawasi dia sambil jaga toko”, Bapak Bunga menambahi kelebihan Bunga “iyaaa, dia juga suka ngajarin teman-temannya, kadang dia suka jadi seperti gurunya gitu”.
Selang beberapa waktu kira-kira hening sejenak, dimulai lagi pertanyaan selanjutnya, tentang keadaan keluarga Bapak sama ibu, dan Bapak Bunga menjawab “yaaa baik-baik saja mas”, ditanya terkait dengan ekonominya. Bapak Bunga berkata “yaaa, kalau dibilang cukup yaaa cukup, tapi kalau dibilang kurang yaaa kurang, itu kan tergantung kebutuhannya, saat mau masuk sekolah yaaa biayanya pasti nambah”.Di tanya pekerjaan, Bapak Bunga berkata “saya bekerja sebagai penyedia sound di karaoke Banyu biru itu mas, sambil membantu bapak saya”, Ketika ada pertanyaan menyangkut prifasi selalu diawali kata maaf, berikut salah satu pertanyaan privasi “maaf pak boleh tau latar belakang Bapak atau ibu, mulai dari sebelum menikah, pendidikannya, sosial, spiritualnya juga boleh pak”. Dan Bapak bunga pun menjawab “kalau saya, memang asli surabaya mas saya lahir di Putat jaya ya tepatnya di rumah yang di depan taman baca itu, lahir terus setelah menikah dengan ibu bunga tinggal di sini, sampai sekarang, kalau ibunya asli Jember, saya menikah tahun 1992. latar belakang pendidikan saya, dulu saya sekolah SMK mas terus ndak melanjutkan putus sekolah gitu mas ya kemudian membantu kerja orang tua di putat itu, maklum anaknya orang nggak punya mas, kalau sosial yaaa sama seperti yang lain lah mas biasa biasa aja, kalau agama, saya lahir dari orang tua Muhammadiyah jadi aliran agama saya Muhammdiyah saya , saya kalau ada acara yasinan saya tidak seberapa tertarik,”, akan tetapi kalau ibunya ini adalah orang…
tiba-tiba terdengar suara nyaring yang bunyinya: “tinu..ninuinunit..tinu..ni..nut…ti..nu..nit..teer….ter…tert..ni…nu..niit..tinu..nit… sumber suara itu dari saku celana mas raan nu berdering dengan nada tinggi dan nyaring memekikan telinga. Beliau terdiam sejenak sembari menerogoh ke saku celananya dan melihat Layar HP nya sembari mengernyitkan wajah Nampak seperti kaget dan berhenti pembicaranya kemudian ia berkata “ Maaf yaa mas..,Sebentar saya angkat telphon dulu nggeh..lalu ia berdiri dan keluar rumah, penulis dan ibu tetap di dalam melanjutkan obrolan ibu bunga melanjutkan pembicaraan mas ranu tadi sebenarnya saya terlahir dari keluarga yang beraliran NU mas bapak dan ibu saya orang NU .,mas ranu yang tadi diluar masuk kembali ke rumah dan duduk didepan ku lantas berkata “ sekali lagi maaf ya mas.saya ndak bisa nerusin obrolan lagi dengan sampeyan.ini saya harus pergi keluar, mas ke putat ke rumahnya bapak mas, maaf ya mas.. nampak raut mukanyaberubah gugup , oh inggih mas ndak papa, monggo njengan tinggal.. sekali lagi maaf ya mas.. semabri berjabat tangan salaman mas ranu keluar meninggalkan rumah. Penulis pun melanjutkan obrolan dengan sang ibu kali ini penulis mencoba mengorek privasi sang ibu Oh iya bu lha ibu tadi katanya dari jember mana bu kalau saya boleh tahu,itu mas jember daerah pinggiran mas jember ndeso mas, oh nggeh2 lha ibu niki sejak kapan ten Surabaya niki sebenarnya saya di Surabaya ini sebelum kenal dengan mas ranu itu, saya merantau dari rumah mas dulu sejak lulus dari SMP untuk cari kerja ya maklum orang ndak punya mas…saya pertama dulu di daerah gubeng sana sebagai pembantu rumah tangga, mas selama kurang lebih 2 tahunan,dan karna majikan saya orangnya agak pelit dan kurang enakkan lah orangnya gajinya tidak naik-naik maka saya pun tidak betah kerja disana, sang ibu menceritakan dengan panjang lebar menganai dirinya singkat cerita kemudian saya pindah kesini, ya pindah ke mulyorejo kerja warungan mas, ikut tetangga , lha pas disana itu saya pertama kali kenal dengan mas ranu yang kemudian akhirnya menikah dan menetap di daerah sini. kami berdua, penulis dan ibu bunga berbincang santai dengan lesehan di ruang tamu rumah tersebut selama kurang lebih satu jam setengah. Banyak hal yang ditanyakan penulis kepada ibu mengenai subjek yang di teliti sampai tak sadar waktu telah menunjukan jam 22:00 tepat,saatnya penulis pamit istirahat dan melajutkan kembali ke tempat penginapan di widya kartika youth hostel, untuk istirahat tidur dan melenyapkan rasa lelah seharian.
6. Kode : CHO/06
Hari /tanggal : Ahad/29 Mei 2011
Waktu :23.15 -00.00wib
Tempat : jalanan gang putat jaya 2 A
Informan :
Situasi/kondisi : malam hari yang ramai dan amat meriah nan gemerlapan .ramai dan bising oleh suara music serta lalu lalang kendaraan di jalanan gang putat jaya lebar 2 A.

Malam Hari di Putat Jaya lebar gang 2 A ada beberapa orang usia dewasa, arek-arek enom berkeliaran , lorong jalanan gang di kawasan sekitar Taman Baca kawan kami,Nampak ramai meriah dan bising sekali yang ramai akan alunan music yang nyaring dan keras terdengar dari jalanan gang itu, pria-pria hidung belang berlalu lalang memadati depan rumah-rumah serta jalanan gang itu, Nampak tepat di depan karaoke banyu biru ada segerombolan pemuda atau arek-arek enom salah satu diantaranya nampak melambaikan tangan seperti memanggil orang yang ada di dalamnya, orang yang dipanggil pun keluar yakni berperawakan badan tinggi besar,e ternyata orang tersebut itu adalah mas ranu,kemudian mreka pun saling berdiskusi melakukan negoisasi tawar menawar,diantara gerombolan itu terlihat mas ranu sedang berbicara ia dikepung oleh segerombolan muda-muda itu, selama kurang lebih lima menitan mereka buyar dan semu anya masuk ke dalam rumah karaoke,yang diawali oleh mas ranu dari depan sembari member isyarat untuk mempersilahkan masuk.dari sini penulis tahu secara pasti bahwa mas ranu itu berprofesi sebagai asisten mucikari. memang sengaja malam hari itu penulis memantau sembari jalan-jalan dan cangkruk di warkop awalnya, karna ingin mengetahui profesi mas ranu secara pasti sebab kemarin ketika dirumahnya yang ada di kembang kuning itu beliau mendapat telphon kemudian ia langsung berpamitan keluar rumah dengan sangat terburu-buru.
6. Kode : CHO & CHW/06
Hari /tanggal : Senin/30 Mei 2011
Waktu : Pukul 09:00 – 11:00 WIB
Tempat : SD Bahrul ULUM Putat Jaya Sekolahan 70-72
Informan : Kepala sekolah SD dan wali kelas bunga
Situasi/kondisi : pagi hari di sekolahan yang ramai akan anak-anak ada yang bermain di halaman sekolah, dan ada yang sedang belajar diruangan kelas
Sekolah SD Bahrul Ulum terletak di kawasan pemukiman padat penduduk daerah putat jaya Salah satu kompleks yang dekat dengan rumah ilmu, tempat di mana bunga mencari ilmu, Sekolah Dasar yakni SD Bahrul Ulum putat jaya yang lebih tepatnya di Jl. Putat jaya sekolahan 70-72 yang memiliki nomor (NSS102056008073). jalanan utama kompleks lengang setelah mobil terakhir memacu jalan menuju gerbang sekolah. Langkahku kembali merajut, menyambangi tepian jalan di seberang, lurus ke depan menuju sambungan jalan. Perempatan jalan yang masih lengang telah aku belakangi. Mini market di pinggir jalan utama pun tentunya belum berjualan. Masih sepagi ini. Tampak birunya langit mulai merayap memenuhi langit. Gradasi warnanya melintang dari lintang timur tempat ufuk bersemayam, hingga lintang barat yang ujungnya masih tampak gelap. Jalanan aspal kembali aku telusuri. Dua kali belokan aku lalui hingga akhirnya aku tegap berdiri di depan bangunan sunyi. Sejenak, semilir angin pagi membelai rambutku yang masih satu senti. Lirih-lirih terdengar bunyi keramaian anak-anak yang sedang bercanda ria dan bermain di halaman dan lapangan sekolah, sampai disekolah menemui bapak kepala sekolah untuk meminta izin melakukan observasi dan kemudian menemui guru kelas yang sedang mengajar bunga, untuk mengetahui tentang keseharian bunga disekolah kemudian masuk ke ruangan dimana bunga belajar dengan teman-temannya diruangan kelas..


8. Kode : CHO & CHW/08
Hari /tanggal : Senin/30 Mei 2011
Waktu :15.45 -16.30 WIB
Tempat : TPQ Alkarimah Kembang Kuning Kulon Besar
Informan : Pengajar (Ust. Imron Rois)
Situasi/kondisi : disamping ruang tempat belajar yang ramai dengan anak-anak yang sedang belajar mengaji.
Sore itu merupakan saat peneliti melengkapi datanya kembali. Penelitian pun langsung menuju TPQ “Alkarimah” yakni tempat dimana subjek bunga belajar seperti mengaji yang dituturkan oleh ibu bunga sendiri dan terletak disebuah masjid pinggir jalan. Peneliti mengetahui bahwa TPQ itu benar – benar “ Alkarimah” dari sebuah papan nama yang ditancapkan didepan masjid tersebut. Peneliti pun langsung menemui salah satu pengajar di TPQ tersebut yang waktu itu memakai seragam kotak-kotak warna hijau dan kerudung hijau muda. Melintasi gang jalanan di kawasan Kembang Kuning kulon, nampak di seberang jalan rumah ada tempat ngaji yang bernama “TPQ Al Karimah” dengan cat biru, di tempat itu, pintu TPQ terbagi atas dua bagian, yaitu bagian atas dan bawah yang masing-masing memiliki tinggi kurang lebih sekitar satu setengah meter, dan tepat di samping kiri depan pintu tertata rapi sandal dan sepatu yang berada pada raknya. TPQ tepatnya berada di gang Kembang Kuning kramat dimana sekitar jarak 4 meter di depan TPQ tersebut adalah jalan umum yang biasa dilewati oleh warga, kendaraan umum baik motor, mobil pribadi, dan kendaraan lainnya. Dan diseberang jalan depan TPQ agak ke arah barat sedikit yang kira-kira kurang lebih jaraknya 50 meter dari TPQ terdapat “Makam Mbah Karimah”. Yang biasa dikunjungi peziarah, para penjaga kawasan makam nampak sedang bersih-bersih merapikan tempat itu,.Lalu diseberang jalan depan TPQ agak ke arah barat yang kira-kira jaraknya 12 meter dari TPQ terdapat “Majlis Taflsir Alquran”.
Sampai lokasi TPQ nampak seorang laki-laki muda berkacamata yang berusia sekitar 30 tahunan yang mengenakan baju koko bewarna putih berlengan panjang dan sarung bermotif kotak-kotak menemui kedatangan penulis. Kedatangan penulis pun disambut senyum oleh pengajar berperawakan sedang dengan kulit sawo matang. Selanjutnya penulis menunjukan surat perizinan setempat dan menjelaskan maksud dari kedatangan peneliti. Setelah pengajar itu mendengarkan penjelasan yang peneliti paparkan, akhirnya dipersilahkan untuk bertanya – tanya tentang bagaimana gambaran tentang salah muridnya yakni bunga. Penulis yang waktu itu tidak menemukan bunga, kemudian ditanyakan kepada pengajar itu. Ternyata bunga kebetulan tidak masuk karena izin. Akhirnya peneliti merasa cukup mendapatkan informasi terkait subjek, mengakhiri wawancara dengan pengajar tersebut dan berpamitan dengan pengajar yang lain.





















Kamis, 07 Juli 2011

Resiliensi Anak di Komunitas Prostitusi Dolly

234

A. Lampiran Narasi Fieldnotes
SESSION I
Jumat 27 Mei 2011/Fn 1. Pukul 15.30-17.30
Sore hari ba`da ashar sekitar pukul 15.30 WIB. dari tempat penginapan widya kartika yout hostel semua teman sekelas berjalan masing-masing untuk melakaukan penelususran pertama kali di kawasan Wisata di daerah putat jaya, dimulai dari tempat mneginap yaknia di daerah dukung kupang Timur gang XIII,sekitar 1 jam sebelum berangkat untuk menyusur semua berkumpul bersama untuk membahas yang nanti dilakukan dalam penelusuran semacam briefing ketika hendak akan melakukan kerja begitu.,
suasana agak redup panorama sore hari matahari pun masih terlihat di ufuk sebelah barat sana , masih menyinarkan cahaya namun tak menyengatkan badan, lalu larang kendaraan roda dua dan jarang –jarang juga terlihat kendaraan pribadi roda empat turut menambah keberagaman suasana soere itu. Langkah demi langkah terayun-ayun kan untuk menyisir, berkeliling di daerah putat jaya, ada yang menuju Taman Baca kawan kami, sebagaian lagi menuju ke gang-gang untuk mencari keberadaan lembaga pendidikan, seperti TPQ, madarasah Diniyah, sore itu awalnya langkah kai ini hendak mnuju ke TPQ,namaun ketika hari itu sebagian teman kami yang telah kesana menjumpai bahwa TPQ dan madrasah tersebut hari ini tidak buka alias libur kegiatan belajar mengajarnya. Oleh karena itu langkah kaki ini terus menyusur, menyisir jalanan Putat jaya lebar yang ramai dan macaetakan lau lalang kendaraan yang semakin memadati jalanan aspal yang hanya memilki lebar kurang lebih 2,5 m itu. Tepat diperempatan putat jaya lebar dibawah gerbang yang bertuliskan Putat Jaya Lebar B yang didepannyaatau tepat berhadapan gerbang yang memilki bentuk yang hampir sama dengan bertuliskan putat Jaya Lebar B. berhenti sejenak untuk melihat situasi dan kondisi yang semakin sore semakin ramai dengan kendaraan yang lalu lalang kasana kemari memadati jalanan,






SESSION II

Sabtu 28 Mei 2011
Sabtu 28 Mei 2011 pukul 09.15 di jalan Putat jaya Lebar gang 2A, berjarak beberapa meter dari pintu gerbang masuk gang tersebut di sebelah kanan jalan terdapat warung kopi, kemudian beberapa tempat karaoke, salon dan sebagainya, dan yang paling mengesankan di tempat ini Terdapat sebuah taman bacaan atau perpustakaan umum yang bernama “Taman Baca Kawan Kami”. Jika kiata menyusuri jalanan gang tersebut, dikanan kiri jalan terdapat rumah-rumah penduduk ada yang bertuliskan “Rumah Tangga” dan ada yang didepan pintunya terpasang plat bertuliskan “Anggota TNI dilarang masuk ditempat ini”. Dan ada juga toko atau kios-kios kecil yang terlihat dari jalanan terdapat kotak yang terbuat dari kaca dengan rak-rak yang menjajakan rokok,sabun bedak dan aneka ragam kebutuhan hidup sehari-hari , kami terus berjalan menyisir selang beberapa menit sampailah kami di Taman baca kawan kami tersebut, suasana masih terlihat sepi disana, hanya menemui penjaganya seorang wanita muda. Menyambut kedatangan kami dengan penuh keakraban. Dan selang beberapa menit kemudian muncul pak kartono pemilik rumah baca yang habis cangkruk dari warkop di sebelah pintu gerbang gang tadi, sebab sebelumnya pak krtono kami jumpai disana sedang asyik menikmati secangkir kopi dan beliau menyuruh kami untuk langsung menuju kerumah bacanya duluan. Pak kartono pun masuk kerumah dan menyambut kami dengan ramah dan akrab. beliau langsung menyalakan kipas angin yang sejak tadi mati, dengan berkata” gerah begini kok ndak sampean nyalakan kipas anginnya tho mas, Mbak-mbak”. Diruangan yang berdiameter kurang lebih 4x5 meter ini kami mengobrol dsantai dengan sang pemilik yang sekaligus pendirinya. Selama beberapa menit dengan selingan gurau,canda tawa, asyik dalam kebersamaan. disela-sela sedang asyik bercengkrama dan bercanda ada seorang gadis kecil yang masih mengenakan seragam sekolah (memakai kaos olah raga warna hijau tua dan celana yang panjang, dipadu dengan kerudung putih yang terdapat logo kecil dan bertuliskan SD Bahrul Ulum) berjalan lewat didepan rumah baca ini, hendak pulang menuju kerumahnya,dipanggillah sang gadis kecil itu oleh paka kartono. “ bunga.. kesini bunga. Ayo main kesini.ni ada mas-mas dan mbak-mbak yang mau berkenalan dengan bunga. Setelah dipanggil oleh pemilik taman baca, gadis kecil tadipun masuk dan menghampiri kami namun dia hanya terdiam membisu dan bersandar dipintu rumah, dengan postur tubuh tersipu malu. Setelah disapa gadis belia ini menjawab dan menyabutkan namanya dengan lengkap obrolan kami dengan gadis belia ini terus belanjut sembari selingan guyonan canda tawa bersama. Setelah itu datang lagi 4 anak-anak 2 laki-laki dan dua lagi perempuan yang kesemuanya seusia dengan bunga tadi namun mereka tak berseragam dan kami pun mencoba ,mendekati mereka dengan mengajak berkenalan , awalnya kami canggung sebab mereka tampaknya malu-malu, agak takut melihat kami yang belum dikenal sebelumnya, dan mereka juga mencoba menghindar dari kami setelah berkenalan dengan mereka satu persatu dan mengajak mereka bermain, meraka banyak yang menolak, sulit untuk diajak berkomunikasi setelah kami mencoba memberinya stimulus pun respon mereka kurang antusias, dan pergilah aku dan nayla ke toko untuk membeli kertas origami . sembari asyik bermain kertas lipat tersebut ku coba untuk interview bertanya-tanya lebih spesifik mengenai profil identitas gadis yang bernama bunga tadi, tentang kondisi dan keadaan kelurganya,pendidikannya dan sebagainya secara lebih eksplisit. Bunga nama lengkapnya sintia bunga veronica anaknya cerdas dan tanggap dan ramah awalnya sulit untuk diajak diajak berkomunikasi dan belajar, memang agak pendiam dan sedikit introvert, diberi stimulus tanggap dalam merespon. Mudah diajari terutama dalam bidang spasial menyusun dan membuat aneka kerajinan tangan. Ketika di Tanya pun ia memag suka engan main-mainan melipat kertas dan dirumahnya pun ia sering main-main sendiri memainkan aneka ragam mainan kertas lipat, seperti puzzle,


Sabtu 28 Mei 2011
Sehabis perjalanan dari daerah Siwalankerto, ditengah perjalanan hendak kembali ke widya kartika yout hostel tempat menginap bersama kawan-kawan sekelas, ketika itu Pukul 20.14. teringatku akan nama bunga gadis kecil yang baru kenal siang hari tadi di taman baca kawan kami dengan begitu akrab, dengan segera ku mencari tepatnya dimana rumah gadis kecil itu, sebab siang tadi juga ku telah dapatkan alamatnya secara detail lengkap dari nya dan kakaknya “Mas Ranu” yang kutemui siang tadi dirumah yang ada didepan taman baca, yakni dirumah berjendela kuning sebelah tempat karaoke banyu biru. arah jarum jam menujukkan pukul 21.15 WIB. Dari arah masjid Rahmat Kembang Kuning masuk jalanan belok kanan lurus terus sampai ada perempatan disis kanan jalan ada gerbang beratap warbna biru bertuliskan RT 03 RW VI (tulisan berwarna kuning cerah), kemudian dibawahnyta ada papan putih agak kecil tergantung di atas tepat sela-sela 2 tiang gerbang tersebut,papan itu bertuliskan Kembang Kuning Kulon Besar. Dikiri jalan sebelum melewati gerbang tersebut tertancap pamflet kecil yang terbuat dari papan kayu bertuliskan Warnet QQ: pengetikan,Digital print (±100 M), setelah memasuki pintu gerbang, terdapat jembatan kecil berpagar besi dengan cat warna kuning di kanan kirinya luraus masuk melintasi jembatan maka sampailah di pemukiman penduduk, jika berjalan lurus terus akan sampai di pertigaan, kemudian belok kanan berjarak satu rumah ada jalanan menuju gang kecil (disamping kanan jalanan itu) terdapat papan dengan bertuluskan angka 24. sampailah kita di rumah gadis belia yang memiliki nama panggilan Bunga tersebut .
Berlokasi tepat diruang tamu rumahnya bunga dikawasan kembang kuning. Lebih tepatnya di daerah kembang kuning kulon besar B no 24 A interview dengan keluarganya bunga berlangsung. Rumah bunga terletak dikawasan pemukiman yang padat penduduk, tepat dilorong gang kalau dari arah masjid kembang kuning kira-kira berjarak 200 meteran. Arahnya lurus ketimur lalu belok kanan memasuki gerbang bertuliskan kembang kuning kulon besar. Gerbang tersebut jalannya agak menanjak kalau mau menuju kerumah bunga jalan terus lurus, kemudian belok ke kanan, ada tiga rumah berjajaran dan rumah deretan ke empat disebelah kanan jalan tersebut ada rumah kecil, berjendela kuning rumah tersebut Nampak kecil nan mungil pintunya terlihat sudah rusak, Nampak dari bahan kayu yang sudah karatan, rumah ini memiliki ukuran luas ± 6x7 M, dengan ruang tamu yang ukup kecil pula, ± 3x2 M. diruang tamu ini tidak terdapat meja maupun kursi yang terlihat hanya beralaskan lantai berkramik putih sebagai tempat duduk untuk menyambut atau menemui tamu yang berkunjung, namun tepat disamping jendela terlihat meja atau rak tempat menaruh TV dan DVD sebagi hiburan sekeluarga, dindingnya pun hanya terbuat dari triplek bukan dari tembok batu bata dan semen. Didinding tersebut tertempel foto-foto keluarga, Nampak ada foto bapak-bapak tua yang sudah Nampak terliaht lusuh sekali fotonya, kemudian foto pemuda yang mengenakan toga,kemudian seorang bayi yang dalam foto berpose dengan posisi tubuh tengkurap layaknya abri yang sedang merangkak dalam latihan tempur. Bayi tersebut terlihat mungil nan menggemaskan. Kemudian disudut pojok kanan rumah terdapat tumpukan kotak nasi kosong yang tertata rapi menjulang tinggi hampir keatap rumah. Kemudian di dinding tengah penyekat rumah ada lubang pintu yang tanpa ada pintunya nemun hanya ditutup dengan kain kelambu bermotif bunga-bungaan, jika tersingkap kain kelambu tersebut Nampak disebelah kiri ada kulkas kecil mungil yang terbuka dan terlihat didalamnya terdapat beraneka ragam minuman, makanan dan buah-buahan yang nampak segar. Didalam rumah mungil nan sederhana ini ku observasi berlangsung kurang lebih satu setengah jam-an. Ibu bunga menyambut kedatanganku dikediamannya dengan penuh keramah tamahan, memperlakukan tamu layaknya seorang raja baru datang dan langsung dipersilahkan duduk dan berbincang akrab beberapa menit berlalu kami berbincang Tanya-tanya , lalu sang ibu pun sembari berdiri hendak berjalan berkata “ sebentar Ya mas”. “Oh ya buk “, (spontan ku jawab dengan singkat, tak berapa lama kemudian sang ibu tadi kembali dari dalam rumah dan menuju ruang tamu menemui ku dengan membawa tiga botol teh dingin, dan langsung menyuguhkannya kepada ku, ” monggo mas di pun Unjuk” , ucapnya dalam bahasa jawa dengan lirih nan halus, sembari menaruh sebotol teh dingin tepat dihadapanku tempat ku duduk. “ oh inggih buk matur nuhun..”. Jawabku dengan nda suara halus menirukan beliaunya.
Kami berempat Bunga, mas ranu dan ibu bunga berbincang santai di rumah tersebut santai beberapa saat
Q : bu kedatangan kawulo mriki ngeten bu, ajenge tahu seberapa besar kemauan bunga niki untuk belajar?
Ibu SBV :
















SESSION III

Sabtu Malam Sampai Ahad Dini Hari (Bertepatan dengan tanggal 28 dan 29 Mei 2011).
Sabtu 28 Mei 2011
PUKUL 21:00-00.00 WIB
Malam itu dengan ditemani 4 orang rekan se tim penulis menyusur,menyisir, bekeliling-berkeliling ke daerah Dukuh kupang, jalan Putat jaya, jalan jarak , jalan petemon,jalan girilaya, dam juga sempat melewati gang termasyhur dan terunik di kawasan Surabaya ini. Yakni gang yang telah lama dikenal oleh masyarakat sekitar dengan nama “Gang Dolly”, malam itu nampak terlihat ramai dan gemerlap gemebyaran orang . ada yang berlalu lalang dijalanan dengan menaiki kendaraan da yang berjalan kaki, kemudian ada yang cangkruk-cangkruk memadati warkop- warkop yang atersebar di sekitar daerah tersebut, gang yang memang telah dikenal dan masyhur sebagai gang Surga bagi para penjaja cinta itu berada di tempat pemukiman pyang padat penduduk, dengan rumah yang berhimpit-himpitan satu dengan yang lain hamper tak ada tanah lapang sebagai halamannya. Di malam yang agak larut malam tersebut semakin ramai dan meriah gemerlapan, ramai nan bising sekali malam itu.

Ahad 29 Mei 2011
Malam hari pukul 00:45-02:00 WIB
Di kawasan makam kembang kuning udara dingin sayup-sayup berhembusan dengan kencangny asehingga tubuh yang telah terbalut jacket berbahan kaos ini terasa menggigil kedinginan, Bertemu dengan ibu-ibu tua pemberi makan kucing dikawasan adalam makam.





Senin, Tanggal 30 Mei 2011
Pukul 09:00 – 11:00 WIB
Sekolah SD Bahrul Ulum terletak di kawasan pemukiman padat penduduk daerah putat jaya
Salah satu kompleks yang dekat dengan rumah ilmu, tempat di mana bunga mencari ilmu, Sekolah Dasar yakni SD Bahrul Ulum putat jaya tepatnya Jl. Putat jaya sekolahan 70 Putat jaya sekolahan yang memiliki nomor (NSS102056008073). Letaknya tepat di pemukiman padat penduduk di kawasan pinggiran daerah sawahan .
Kembali jalanan utama kompleks lengang setelah mobil terakhir memacu jalan menuju gerbang sekolah. Langkahku kembali merajut, menyambangi tepian jalan di seberang, lurus ke depan menuju sambungan jalan. Perempatan jalan yang masih lengang telah aku belakangi. Mini market di pinggir jalan utama pun tentunya belum berjualan. Masih sepagi ini. Tampak birunya langit mulai merayap memenuhi langit. Gradasi warnanya melintang dari lintang timur tempat ufuk bersemayam, hingga lintang barat yang ujungnya masih tampak gelap. Jalanan aspal kembali aku telusuri.
Dua kali belokan aku lalui hingga akhirnya aku tegap berdiri di depan bangunan sunyi. Sejenak, semilir angin pagi membelai rambutku yang masih satu senti. Lirih-lirih terdengar bunyi keramaian anak-anak yang sedang bercanda ria dan bermain di halaman dan lapangan sekolah. Yang berada tepat di jalan raya Putat jaya Sekolahan No 70..








SESSION IV

Sabtu (12/6/2011) pukul 23.00
lokasi berada di kawasan makam kristen kembang kuning, di tengah-tengah pemkaman yang angker dan agak gelapo itu, terdapat para mojang-mojang yang berdandan menor serta berkostum layaknya boneka Barbie,
Selama beberapa hari terakhir Pada kesempatan lain, akhirnya aku bisa bertemu dengan anak-anak jalanan perempuan yang telah bekerja di teh poci di seputaran Simpang tiga jalanan makam kembang kuning. Ah, mereka memang ada.
”Ya, gimana lagi, Mas. Diajak Pak B, katanya daripada gratisan, lebih baik ikut dia, bisa dapat duit,” seorang anak yang biasa tinggal di daerah kembang kuning (daerah pemukiman warga sekitar makam kristen intu) memberikan alasan.
itu, tiga bocah berusia kira-kira berusia ±15 tahun terlihat asyik ngobrol sambil duduk-duduk di sebuah makam, tepatnya di samping warung kopi.pinggir jalan Matanya celingukan layaknya intel yang mengintai sasaran. Beberapa saat kemudian, sosok yang menyerupai perempuan dengan daster panjang, kepala tertutup kerpus, dan memakai puluhan gelang mendekati mereka. Bocah yang memakai kaus abu-abu dan jins biru itu lalu mendekat dan berbincang cukup serius dengan sosok aww itu.
Tidak lama kemudian, bocah yang badannya paling jangkung ini mendekati dua rekannya. “Gelem ta (Mau) gratis?” katanya, dan dijawab gelengan kepala dua rekannya. Bocah jangkung itu sedang menawari kedua temannya untuk “main” dengan waria.
Bocah lainnya yang berkaus biru dan memakai topi coklat bergaris lalu berujar kepada Penulis yang saat itu memang berada di antara mereka. “Sampean gelem ta (Kamu mau) Mas? Gak usah bayar. Iki aku arep ditawani tapi emoh, wonge elek (Ini saya ditawari tapi tidak mau, orangnya jelek),” katanya.
Tanpa curiga, bocah bertopi ini mengaku sengaja datang ke makam Kembang Kuning untuk memuaskan nafsunya. “Ingin menjajal Mas,” alasannya. Namun, sebelum bercerita banyak, temannya yang lain mengajaknya pergi. “Ayo, ke sana saja kita lihat dulu. Barangkali ada yang cantik,” katanya sambil ngeloyor.
Mata mereka terus celingukan ke bagian dalam kuburan. Setelah duduk-duduk santai di atas nisan, mereka memutuskan masuk ke dalam lokasi makam.
Sudah bukan rahasia lagi bahwa mereka yang masuk ke dalam makam adalah untuk memuaskan nafsu birahinya. Umumnya anak-anak ini ‘bermain’ dengan para waria dengan cara oral seks. Beberapa di antara yang tidak berani memilih untuk melihat-lihat saja.Hal ini diakui Berta, salah seorang waria yang ditemui Penulis di lokasi. Waria berparas cantik ini muncul dari lorong dalam makam dengan muka kusut mendekati waria lain yang berada di dalam warung. “Uh, capek deh. Berondong (anak laki-laki muda) nggak ada duitnya,” keluhnya.
Dengan cuek, Berta bercerita tentang sensasi seksual yang sudah dilakoninya bersama beberapa bocah ingusan di dalam makam. “Tadi ada yang kulitnya bersih pakai sarung, lucu banget. Tapi ya gitu, masak yang main satu, yang nonton uakeh (banyak),” kata waria ini.ngobrol sejenak dengan waria.Diakui Berta, untuk anak-anak ingusan ini dia tidak memasang tarif khusus. Bahkan untuk bocah yang disukainya dia tidak meminta bayaran. Biasanya tarif yang dikenakan untuk anak-anak ingusan ini berkisar Rp 10.000 hingga Rp 20.000.
Selain berburu waria, beberapa di antara bocah-bocah ini juga berburu PSK perempuan tulen. Wati, PSK berusia 42 tahun ini, mengaku beberapa kali didatangi bocah yang mengaku SMP untuk memintanya berhubungan seksual. Sayangnya, Wati tidak bertanya dari mana dan kelas berapa bocah-bocah tersebut. “Main sama mereka cuma sebentar,” katanya enteng.
Karena masih anak-anak, sering kali tarif yang ditawarkan bocah-bocah ingusan ini murah. Bahkan, Wati pernah ditawar Rp 7.000. Wati mematok tarif Rp 15.000 hingga Rp 20.000 untuk sekali main berdurasi sekitar lima menit.
“Anak-anak ini bayarnya murah, tapi mintanya banyak. Pokoknya minta bonus,” kata Wati yang mengaku sudah punya cucu ini.Purwanto pemilik warung di lokasi makam, mengakui terganggu dengan keberadaan bocah-bocah ingusan itu. “Saya sempat melempari mereka, tapi kadang saya biarkan juga karena mereka kebanyakan anak nakal yang nekat. Saya takut juga,” kata Purwanto.
Untuk bisa mendeteksi para anak nakal ini bisa dilihat dari gelagatnya yang mondar-mandir di areal makam sambil celingukan. “Mereka itu mencari yang menawarinya,” kata warga Kupang Gunung ini. Diakuinya, bocah-bocah nakal itu kebanyakan dari luar daerah seperti Pandegiling atau Putat Jaya.sedangkan bocah-bocah dari kelurahan terdekat seperti Dukuh Kupang atau Kupang Gunung jarang terlihat di lokasi. “Mereka takut ketahuan orangtua atau tetangganya,” ucap Purwanto.
penulis telah melakukan pengamatan langsung terhadap kehidupan malam para bocah ingusan itu di Kembang Kuning. Kisah dan pemandangan yang kami temui begitu memprihatinkan.ada Anak-anak usia belasan tahun tampak seperti sudah terbiasa bermain-main dengan dunia prostitusi ilegal di tengah malam di Kembang Kuning itu. Di sana tak cuma berkeliaran PSK perempuan tulen tapi juga waria. Singkatnya seperti Pusat Jajanan Serba Ada (PUJASERA).Video game bukan lagi permainan menarik bagi sejumlah bocah usia SD dan SMP yang sedang bermain malam itu di sebuah kawasan di selatan Surabaya. Anak-anak itu telah menemukan kepuasan dengan cara menyimpang, yakni berburu PSK (pekerja seks komersial) ke lokalisasi terselubung di Makam Kembang Kuning.



























SESSION V

Ahad pagi 12 Juni 2011. pukul 07.30 WIB
Usai Subuh berjamaah di masjid Rahmat Kembang Kuning buku Notes kecil terpegang erat di ujung-ujung jariku. Semalam, arsip-arsip itu telah aku siapkan. Kini, tinggal memacu langkah menuju target sasaran.,
semilir angin pagi menyapa tiap lekuk tubuhku. Tampak, fajar datang memancarkan bias cahaya di ufuk terang. Ada seberkas cahaya yang menyorot ke awan, membuatnya tampak anggun ditimpa kecantikan. Kokok ayam tak terdengar, yang ada justru raungan penjual roti dan sarapan, memanggil-manggil pelanggan.. Namun, baru satu tahun berselang, sebuah amanah menerpa diri. Membuncahkan semangat ke dalam setiap butir darah dan segenap lekuk sendi. Menajamkan kekuatan untuk bersosialisasi, meraih predikat masyarakat madani. Di saat fajar merekah di mana mayoritas penduduk sedang tertidur pasrah, pandangan mata ini tak boleh kenal lelah.
Langkah mulai menyusuri jalan aspal. Rumah demi rumah, satu per satu kulewati. Nampak lampu-lampu jalan menyorot jalanan yang masih agak gelpa tertutup kabut pagi. Semalam, hujan memang mampir ke kompleks ini. Langkah ini terus merajut menghadap pertigaan jalan kecil kompleks. Setelah berbelok kanan, tampaklah sesusur kemudian, jalan utama kompleks dari kejauhan. Langkah kembali merajut. Sebentar aku berhenti di hadapan bentangan jalan utama pemukiman kembang kuning. Beberapa mobil dan motor berseliweran. Tidak banyak memang. Aku yakin para pengendaranya berharap jalanan yang akan mereka lewati nanti juga akan seperti ini. Lengang dan tenang. Maklum, kompleks pemukiman penduduk di kawasan Kembang kuning ini adalah salah satu penyuplai keramaian dan kemacetan jalanan Surabaya. Berangkat sepagi ini pun belum tentu nantinya meraih ketenangan dan kenyamanan berkendara. Beginilah kota metropolitan.






Ahad , tanggal 12 Juni 2011
Pukul : 06:15 – 08:00WIB pagiba`da sholat shubuh di kawasan kembang Kuning Kulon tepatnya di daerah dekat Makam Mbah Karimah (Mertua Sunan Ampel Surabaya)


Teng-teng-teng-teng.... Pengait pagar aku pukulkan berkali-kali ke pagar yang keduanya terbuat dari besi. Suaranya pun menyisir sunyi. Sebentar kemudian, terlihat cahaya neon memenuhi ruang tamu, menembus gorden, menembus kaca. Di antara rumah-rumah sepanjang jalan itu, hanya rumah Ustadz Imron , sang ketua takmir, yang sudah dipenuhi cahaya lampu. Bukan maksud suudzon atau apa, barangkali mereka-mereka yang rumahnya masih gelap itu, sudah berangkat kerja. Atau sudah pensiunan seperti Ustadz Imron ini. Atau sudah menunaikan Subuh kemudian bobo’ lagi. Hmm, nikmatnya berprasangka baik di pagi buta. Dan sejenak setelah aku berhasil menyelamatkan pikiran dari khalayan suudzon, pintu kayu pun bersuara. Bunyi cklek...cklek... muncul diikuti ngeeek....bunyi pintu membuka.
Senyum, pertama kali gelagat yang kulihat dari sosok yang telah membuka pintu. Sosok yang tak lain adalah mas ranu itu meneruskan senyumnya, kemudian mendekat, menjawab salamku, dan menyapaku mempertanyakan kabar baik. Bunyi cklek kedua muncul dari gembog yang menggantung di pagar besi depan rumahnya. Sambil terus melemparkan senyum, aku untai kata-kata ramah pengerat silaturrahim. Selagi cahaya pagi di ufuk belum menyorot tajam, kami pun memasuki rumah. Sesekali motor melesat di jalan depan rumah Ustadz Imron.
Sambil sedikit tersipu-sipu, aku suguhkan stofmap hijau kepada Ustadz Imron yang terlihat masih rapi oleh baju koko, Usai mengimami Subuh berjamaah tadi pagi, Ustadz Imron sepertinya tidak tidur. Tak ada jalur liur di dagunya, tak ada acak di rambutnya, tak ada pula kusut di bajunya. Waktu Subuh memang nikmat untuk diawali dengan aktivitas.
Lamat-lamat lantunan kalam Ilahi kini terdengar sangat jelas. Suaranya tidak asing bagiku. Nisa, putri Ustadz Imron lah pelantunnya. Subhanallah. Seorang anak kelas empat SD sepagi ini sebelum berangkat sekolah masih menyempatkan diri untuk bertegur sapa dengan Tuhannya. Seorang santri TPA mengimplementasikan apa yang diajarkan ustadznya.
Ketika itu Pikiranku pun melancong terigat akan negeri palestina.
Anak-anak Palestina yang sedang dirudung duka begitu mulianya. Mereka bagaikan amunisi-amunisi belia yang siap diterjunkan untuk membela agama. Para penghafal AlQuran, ulama-ulama belia begitu banyak lahir di sana. Jauh di tanah Arab sana mereka berjuang. Derita perjuangan melawan penjajah begitu kentalnya menggemparkan dunia. Bukan hanya dunia Islam, tetapi dunia seluruhnya. Kekejaman, kebengisan, ketidakmanusiawian muncul bersamaan. Itulah yang membangkitkan hati-hati lembut di seluruh dunia. Tak terkecuali hati para amunisi belia bernama mahasiswa. Sebagai seorang remaja bertitel mahasiswa, kami hanya bisa mendemo, selebihnya apa lagi? Lari dari belaian orangtua dan merangsek barisan mencoba menegakkan arti jihad yang sesungguhnya? Yang benar saja? Mati konyol itu namanya. Bukankah Allah menomorduakan mematuhi perintah orangtua dan menomortigakan jihad fii sabilillah? Orangtua mana di zaman modern ini yang mau anaknya terjun ke kancah peperangan? Lalu, apakah gelagat mahasiswa hanya mendemo? Bukan, masih ada aksi damai, masih ada permohonan sumbangan ke jalan-jalan, meskipun kita iringi itu semua dengan tawa, dengan asyik bersama teman sesama mahasiwa. Lalu setelah itu selesai apakah kita cukup menunggu instruksi untuk aksi selanjutnya? Menunggu dan terus menunggu pergerakan? Tidak. Sekali-kali tidak. Masih ada muhasabah, renungan agar kita saling mendoakan, agar kekuatan umat muslim saling terbangkitkan,saling mengingatkan agar kita menjadikan ini semua sebagai pelajaran. Cukup? Tidak. Sekali-kali belumlah itu semua cukup. Masih ada... masih ada lagi.
Kini ada di depan mata. Konversi kekuatan. Itulah yang aku lakukan kini. Selagi pikiranku menjamah kebengisan makhluk bernama Israel di tanah Palestina sana, selagi pikiranku menjamah kepantasan pergerakan seorang mahasiswa menyikapi kebobrokan peperangan di bumi Arab sana, aku dengarkan lamat-lamat alunan kalamullah bocah kelas empat SD yang terdengar dari ruang tamu itu mulai melelehkan air mataku. Aku menyekanya.
Kini konversi kekuatan itu ada di hadapanku. Sebagai pimpinan sebuah taman pendidikan Al Quran, aku marah tentunya dengan kebengisan yang terjadi di negeri yang telah terluka. Pelampiasannya adalah dengan semangatku berjuang di sini, di TPA ini.
Andai kini menjadi musuh Israel dan dibombardir Israel. Target sasaran mereka pastilah dengan menghancurkan amunisi-amunisi belia di Masjid Al Karomah ketika TPA berlangsung. Bukan sedih jika itu terjadi. Justru bangga yang akan aku rasakan. Itu berarti visi misi TPA terpenuhi, menjadikan santri-santrinya memiliki ghirah Islam yang kuat sampai-sampai musuh-musuh Allah pun tidak rela menerima eksistensinya. Aku bangga jika itu terjadi. Aku akan bangga Ya Allah, aku akan bangga! Kembali air mataku meleleh menyuarakan jeritan hati.
Oleh karena itulah, amunisi-amunisi belia bernama mahasiswa sudah saatnya bergerak tak hanya dengan berdemo, tetapi juga dengan mengonversi emosi mereka dengan melakukan yang terbaik untuk menghasilkan yang terbaik pula. Sudah saatnya TPA ini terimbas euforia perjuangan di tanah Palestina sana. Sudah saatnya amunisi-amunisi belia khas mahasiswa menggodog amunisi-amunisi yang lebih belia lagi untuk sekadar mengajarkan pelajaran agama. Untuk sekadar mengatakan bahwa,”Andai musuh Israel, dan mereka mencoba menghancurkan pendidikan Islami di sini, kami tidak takut. Dan kami takkan pernah takut! Justru kami bangga dimusuhi musuh Allah. Oleh karenanya, inilah perjuangan riil kami disini. Inilah perjuangan yang akan terus kami perjuangkan! ”


Pukul 15:00 – 17.15 WIB
Sore hari di hari yang sama. Masjid Al Karomah dipenuhi amunisi-amunisi belia. Kegiatan Taman Pendidikan AlQuran memang sedang berlangsung. Ada Nisa yang pagi tadi membuatku bersemangat mengingat semangat juang amunisi-amunisi belia rakyat Palestina. Dia tampak tenang di dalam kelas bersekat kayu. Ada juga amunisi-amunisi lain yang sedang asyik bermain. Bermain sembari menunggu guru TPA datang. Ramai sekali TPA ini. Ada guru yang kesulitan membimbing santri-santrinya, ada santri yang masih saja berlari selagi pelajaran dimulai. Semuanya nampak kurang teratur. Ironis memang nampaknya.
Namun, optimistis harus terus menghias hatiku. Menghias hatiku dan hati rekan-rekan mahasiswaku di sini. Dan, untuk sekarang dan seterusnya aku harus fokus. Fokus memimpin, membimbing, menghasilkan para pembaca Quran yang tartil dan benar sebagaimana negeri Palestina setiap tahunnya. Tatkala memperhatikan keramaian yang nampak tak teratur di TPA ini, aku hanya bisa tersenyum. Tersenyum dan bersyukur. Bersyukur dan berdoa. Tak terasa air mata ini turun.
“Ya Allah, terimakasih terus membuncahkan semangat ini. Kumohon agar Engkau terus optimiskan diri ini. Meraih mimpi kami. Amunisi-amunisi belia ini amanah buat kami.”
Ibu Bunga dan bunga datang. Beliau datang dengan membawa minuman dingin dan beberapa jenis makanan kecil. Air mata buru-buru kuseka. Di belakangnya, Ustadz Imron telah membawa kapur untuk siap digoyangkan di atas papan tulis yang telah terpampang jutaan detik yang lalu di dinding bagunan masjid ini. jam Dinding yang terpampang persis tepat diatas tempat papan tulis terletak, arah jarumnya yang panjang telah menunjuk Pada angka 6 dan yang pendek menunjuk diantara angka 3 dan 4 berarti saat itui pukul 15.30 WIB, dan pengajian diTPQ tersebut pun akan segera dimulai (penulis tahu sebelumnya telah menegok papan informasi yang terpampang di dinding bangunan di sebelah pojok sana. dengan segera aku pun memohon atau menyuruh kepda sang ustadz untuk segera menemui santri-santrinya yang sejak tadi telah menunggu hitam di atas putih terhampar, menjelaskan adanya permohonan izin untuk melakukan penelitian Dan Ustadz Imron pun optimis. Sembari memberikan motivasi terhadap kegiatan yang dipaparkan dalam kertas, Beliau mengangguk-anggukan kepalanya sembari tersenyum manis.
Seusai menunaikan kepentinganku di sana, aku pun pulang kembali ke kos atau rumah temanku di daerah ngagel dadi surabaya . Lamat-lamat, suara lantunan kalam Ilahi pun berseru, sahut menyahut pertanda maghrib tiba
Nampak, biru sudah memenuhi hamparan tak bertiang. Birunya sudah tanpa gradasi, sudah sempurna melintang dari timur ke barat. Meksipun cahaya matahari pagi tertutup rumah-rumah di situ, gelap sudah menghilang ditelan waktu. Awan-awan sudah nampak lebih bersih dari sebelumnya. Putih-putih bagaikan kapas-kapas yang membentuk pola lurik-lurik. Kicau burung mahal milik tetangga terdengar begitu merdu. Langkah ini kembali memasuki gang pemukiman padat penduduk di daerah kembang kuning, menuju ke masjid Rahmat kembang kuning untuk menunaikan shalat maghrib.

Rabu, 06 Juli 2011

Model Kecerdasan Masa Depan




"Bukan seberapa cerdas Anda, tetapi bagaimana Anda menjadi cerdas!"



Ungkapan Howard Gardner dalam bukunya, Frames of Mind, itu mengirimkan pesan betapa mahal harga kecerdasan bagi manusia. Karena itu, kajian tentang kecerdasan manusia masih menjadi tema yang menarik diperbincangkan, baik dalam forum serius maupun santai seraya lesehan. Sebab, segala tingkah laku manusia sesungguhnya merupakan aspek turunan referensial sekaligus wujud dari kinerja saraf-saraf kecerdasan itu sendiri.



Bermula dari Kecerdasan Intelektual atawa Intelligence Quotient (IQ). Istilah IQ pertama kali dilontarkan Alfred Binet, seorang psikolog Perancis pada awal abad ke-20. Namun sebenarnya embrio konsep IQ disuluh Charles Spearman (1904) dengan teori Two Factor dan juga Thurstone (1938) dengan teori Primary Mental Abilities. Hatta, di kemudian hari Lewis Terman dari Universitas Stanford berupaya membakukan tes IQ yang selanjutnya dikenal dengan Tes Stanford-Binet.



Konsep IQ selama puluhan tahun diyakini sebagai parameter kecerdasan manusia yang terletak di otak bagian cortex (kulit otak). Daya kreasi hitungan, analogi, dan imajinasi inovatif merupakan ciri khas kecerdasan ini. Maka, tepatlah jika kecerdasan intelektual ditandai dengan istilah what I think.



Hingga menjelang akhir abad ke-20, dominasi kecerdasan intelektual mulai digoyang Daniel Goleman saat memopulerkan Kecerdasan Emosional alias Emotional Quotient (EQ). Seturut konsepsi Goleman, dengan kecerdasan emosi manusia sanggup mengenali perasaan sendiri di tengah jejaring relasi sosial, sehingga mampu mengelola letup-letup emosi ketika berinteraksi dengan sesama. Dengan demikian, IQ yang memuja paradigma linieritas mulai goyah dengan paradigma biner EQ. Manusia dianggap baik dan karena itu patut diapresiasi tidak semata-mata pintar dengan skor tes IQ tinggi, tetapi lebih-lebih lantaran ia mampu menempatkan diri secara sinergis-mutualistis dalam konteks interaksi horizontal. Para psikolog mengunci jenis EQ dengan istilah what I feel.



Namun belakangan EQ masih dirasa belum cukup di tengah deru era modern yang menghamba pada kecanggihan teknologi informasi ini. Manusia di era modern acapkali mengalami kegersangan spiritual. Lantas muncullah konsep Kecerdasan Spiritual atau Spiritual Quotient (SQ) di altar abad ke-21. Hasil riset Danah Zohar (Harvard University) dan Ian Marshall (Oxford University) yang dihelat dalam Spiritual Capital serta merujuk The Binding Problem karya Wolf Singer, menemukan adanya God Spot dalam otak manusia. God Spot ini dianggap sebagai pusat spiritual (spiritual center) yang terletak di antara jaringan otak dan saraf yang memintal jalinan makna terhadap pengalaman hidup. Intinya, SQ menuntun manusia mengarungi samudera kebermaknaan hidup.



Sampai di sini muncul ide kreatif Ary Ginanjar Agustian yang mencoba menggabungkan EQ dan SQ dengan cetusan Emotional Spiritual Quotient (ESQ). Dengan mengusung ESQ Ary Ginanjar hendak menjernihkan kembali pemikiran menutu God Spot, menciptakan format berpikir dan emosi bersandar pada kesadaran diri (self awareness), mengupayakan ketangguhan pribadi (personal strength) dengan mengacu pada asas-asas Rukun Islam, serta melakukan aliansi sinergis dengan lingkungan sosial.



Hanya saja konsepsi ESQ yang diusung Ary Ginanjar masih mengabaikan ruang ruhani dengan segala perangkatnya (dzauq, aql, shadr, fu’âd, qalb, bashîrah, dan lubb) yang beroperasi di wilayah hati. Bahkan masing-masing logika IQ, EQ, dan SQ pun setali tiga uang. Ketiganya takkan sanggup mengungkap kebenaran realitas dengan se­benar-benarnya dan seterang-terangnya. Apalagi arus globalisasi dan teknologi informasi yang terus bergelombang acapkali menciptakan pusaran persoalan yang pelik. Tak jarang manusia tiba-tiba tergeragap. Menyadari betapa akal buntu berpikir dan bebal. Emosi pun liar serupa daun kering yang mudah terbakar. Sampai-sampai terombang-ambing di tengah ketidakpastian.



Fenomena ini sering menghantui masyarakat modern di tengah realitas serba-tak-terduga (hiperrealitas). Potensi kecerdasan IQ, EQ, SQ, dan ESQ tak mampu lagi menjadi sandaran. Untuk itu, dibutuh­kan sebuah logika yang lebih luas dan lebih dalam dari itu. Dan, pada ruang inilah karya monumental Ilung S. Enha menemukan signifikansinya. Dengan trengginas, Ilung mendedahkan konsep kecerdasan baru, yakni Kecerdasan Laduni atau Laduni Quotient (LQ). Sebab, logika laduni merupakan pengejawantahan dari kecerdasan ruhaniah yang merupakan puncak akumu­lasi dari logika rasional, logika intuitif, dan logika spiritual.



LQ mengusung misi memadukan perangkat kecerdasan otak dan perangkat kecerdasan hati, untuk kemudian dihu­bung­kan ke pusat atmosfir energi ruh. Sebab, untuk dapat mem­fungsi­kan LQ dibutuhkan energi yang sangat besar. Sedangkan energi yang berkumpar di dalam hati, masih kurang mencukupi. Apalagi sekadar energi yang terkandung di dalam otak manusia.



Di ruang pusat atmosfir energi ruh terkandung segala bentuk energi yang dibutuhkan bagi keberlangsungan hidup ma­nusia dan guna mempercepat proses kecerdasan. Tak hanya ener­gi kecerdasan yang tersimpan di sana, melainkan juga ener­gi kesadaran, energi kekuatan, energi kecermatan, energi perce­pat­an, energi kesabaran, energi keikhlasan, energi gerak yang tiada kenal putus asa, energi niat dan kesungguhan, energi ino­vasi, energi hening dan kebeningan, serta sederet energi-energi lain yang bisa diurai sendiri.



Dan, buku ini bakal menuntun pembaca untuk meniti jembatan LQ. Buku ini secara jeli menyingkap celah-celah kosong yang dilewati IQ, EQ, SQ, dan ESQ. Berbeda dengan buku-buku kecerdasan lain yang kebanyakan bertutur tentang kecerdasan secara teoritis, buku ini beranjak lebih jauh. Wacana kecerdasan laduni tidak sekadar dihamparkan, akan tetapi dikaji dengan kritis untuk direkonstruksi, sehingga kesan kecerdasan laduni yang rumit dan berbelit-belit segera runtuh. Inilah kontribusi Ilung yang laik diapresiasi. Di tangan Ilung, kecerdasan laduni yang dianggap sebagian orang sebagai sesuatu yang berat menjadi ringan dan begitu santai

Ya Rabbi Bil Mustapha